Dalam rangka menyambut peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia, kemampuan siswa SMANAS masih terus diadu. Jumat (16/8) lapangan SMANAS dipenuhi oleh para siswa yang bersiap menampilkan segala bakat dan kreativitas mereka. Beragam jenis kostum, asesoris, dan riasan mereka kenakan.
Usai doa pagi, para siswa duduk di depan panggung yang telah disiapkan. Bapak dan ibu guru serta guru KPL berjalan menuju panggung, kemudian pentas seni dibuka oleh Drs. Rusdi, M.Si. “Merdeka…!” teriak Pak Rusdi diikuti oleh seluruh siswa dan guru. Selain teriakan meredeka, Pak Rusdi juga mengajak hadirin untuk menyemarakkan kemenangan Arema atas Persebaya. Jargon SMANAS We are exciting partner juga berkali-kali diteriakkan.
Setelah itu, hadirin menyanyikan Bagimu Negeri dan Kebyar-kebyar. Kepala SMANAS sempat memberikan kuis untuk para siswa. Mereka harus menjawab pertanyaan, kemudian diberi hadiah uang saku. Lomba pertama yang dilakukan pagi itu adalah fashion show. Sebagai permulaan, Pak Rusdi menginstruksikan agar guru KPL mempraktikkan terlebih dahulu. Secara berpasangan, mereka berjalan di atas catwalk. Kemudian, bapak dan ibu guru juga diminta untuk memberi contoh, berlenggak-lenggok di atas catwalk. Para siswa berteriak histeris melihat aksi bapak dan ibu guru.
Berikutnya, para siswa perwakilan kelas sudah siap di pinggir lapangan. Bersama pasangan masing-masing, mereka berjalan menyusuri karpet merah yang sudah disiapkan panitia. Beragam model pakaian mereka kenakan, ada yang tema rumah tangga, baju pesta, baju santai, dan anak muda. Beragam aksi juga mereka tampilkan, mulai berjalan bersama, berpegangan tangan, dan pose-pose tertentu. Parade peserta fashion show diiringi musik, tepuk tangan, dan teriakan para penonton.
Setelah fashion show, seluruh keluarga besar SMANAS mengikuti pentas seni. Masing-masing kelas menampilkan bakat dan kreativitasnya. Mereka tampil berdasarkan urutan yang telah ditentukan. Ada kelas yang menampilkan tari modern, tari tradisional, drama, menyanyi, dan joget kreasi. Meskipun panas matahari menyengat, semangat para siswa tetap membara. Mereka mengikuti kegiatan hingga usai. Semangat para siswa juga didukung oleh Bu Rakhmaiga. “Saya senang, karena guru-guru di sini mau totalitas dan ikut turun,” ungkap Bu Ama. Menurutnya, tidak semua sekolah gurunya mau begitu.(bya)
Berita Terkait