“Ya, Allah…. Jika memang aku diterima di Jember, maka inilah jalanku.”
Begitulah yang selalu diucapkan oleh Khusnul Fatimatul Zahro dalam setiap doanya menjelang pengumuman SNMPTN 2020. Jurusan yang dia ambil memang sempat menjadi perdebatan panjang dan ditentang oleh sang ayah. Derai air mata pun tidak dapat ditahan lagi mengingat siswi yang kerap dipanggil dengan sebutan Khusnul tersebut berusaha mempertahankan keinginannya untuk tetap menggapai asa. “Memang masih banyak orang yang menganggap remeh sarjana pertanian karena toh ujung-ujungnya bekerja di sawah,” ungkap putri ketiga dari pasangan Bapak Sugiono dan Ibu Sutrami tersebut.
Kendati demikian, gadis yang menyukai film bergenre roman tersebut benar-benar berusaha keras untuk meyakinkan sang ayah dan keluarga besarnya bahwa jurusan yang dia ambil memiliki prospek yang bagus . “Memang ending-nya kita bekerja di sawah, tapi kita ke sawah dengan dibekali ilmu dan keterampilan khusus guna membantu para petani untuk meningkatkan hasil panen mereka,” ungkap Khusnul dengan tegas. Hal yang paling penting untuk ditekankan adalah pekerjaannya kelak tidaklah sama dengan apa yang dikerjakan ayahnya yang berprofesi sebagai seorang petani. “Bukan hanya sekadar panas-panasan, tetapi peran sarjana pertanian sangatlah penting, yakni sebagai sumber informasi serta membantu mengubah pola pikir para petani Indonesia agar bisa memanfaatkan lahannya dengan baik,” tambah gadis pencinta warna merah muda tersebut.
Hingga waktu pengumuman SNMPTN tiba, ternyata Tuhan mengabulkan permintaan Khusnul untuk melanjutkan studinya ke perguruan tinggi negeri. Alhasil, dia diterima sebagai salah satu siswa yang tembus di jalur SNMPTN tanpa tes di Jurusan Penyuluhan Pertanian, Universitas Negeri Jember. “Saya menangis karena rasa syukur, namun saya tetap bingung dan takut kalau bapak saya tetap tidak mengijinkan,” ungkap gadis yang lahir di Malang, 23 Agustus 2001 tersebut.
Bukan Khusnul namanya jika tak penuh drama dalam kehidupannya. Gadis yang terkenal dengan kelincahannya dalam bertindak dan bertutur kata siap untuk menghadapi apa pun keputusan dari sang ayah untuk berangkat ke Jember atau tidak. Belum lagi mulai terdengar cercaan dari para tetangganya. “Hallah… wong awakmu loro-loroen, iso ta urip dewe,” begitulah suara yang menggaung di luar rumah. Selain itu, adanya pro dan kontra dalam keluarga membuat suasana semakin tegang. Kedua kakaknya hanya lulusan SMA dan SMK. “Tidak semua dari beliau mendukung saya untuk lanjut kuliah,” ungkap siswi yang memiliki hobi public speaking tersebut.
Tekad yang begitu kuat untuk membahagiakan kedua orang tuanya dan juga semua orang di sekitarnya semakin membuat dia mantap untuk berbicara dengan sang ayah. Dengan penuh rasa gemetar dan takut, disampaikannya hasil pengumuman yang membuat Khusnul menjadi seorang perantau nantinya. Alhasil, kedua orang tua siswi yang menyukai pelajaran Bahasa Indonesia tersebut memberikan restu terbaik mereka. “Alhamdulillah, setelah berbagai macam cara saya coba, akhirnya bisa membuat bapak dan ibu saya merestui langkah saya untuk lanjut kuliah,” tutur Khusnul.
Tentu, dengan gegap gempita, gadis pecinta musik genre pop ini siap menyambut hari barunya nanti sebagai mahasiswi UNEJ. Khusnul sudah membayangkan apa saja yang harus dilakukan ketika kuliah nanti. “Salah satunya adalah mengubah pola pikir kita dan siap dengan segala tantangan serta lika-liku kehidupan sebagai perantau,” tegasnya. Selain itu, dia sudah memasang target untuk mengikuti beberapa organisasi kampus, fokus dalam hal akademik, serta lulus dengan waktu singkat. “Kalau bisa sih, harus lulus kurang dari empat tahun,” harap calon Sarjana Pertanian tersebut.
Khusnul memang dikenal sebagai sosok yang gigih dan aktif. “Saya suka mencoba hal-hal baru, jika diam rasanya sumpek sekali,” ungkap siswi yang sangat mengidolakan Pak Kusnul Hadi, guru IPS SMPN 2 Wagir tersebut. Sejak dia masih TK, Khusnul sudah berani tampil untuk mengikuti lomba-lomba seperti lomba mewarnai dan senam tingkat kabupaten. Selain itu, dia juga masuk TOP 5 dalam lomba cerdas cermat yang diadakan oleh susu Greenfields.
Tak berhenti sampai tingkat SD, ketika dia duduk di bangku kelas dua SMP, siswi yang juga sering dipanggil Minul karena cara berjalan yang berlenggak-lenggok juga menjajal hal baru, yakni menjadi peserta OSN IPS. Saat memasuki masa SMA, siswi yang berasal dari Desa Petungsewu ini juga aktif tidak hanya dalam lomba-lomba, melainkan juga bergabung dalam ekstrakurikuler dan organisasi sekolah.
“Saya pernah mengikuti olimpiade Biologi secara online, lomba teater, dan seleksi Paskot, namun gugur sampai tahap II,” tutur mantan bendahara I di OSIS SMANAS tersebut. Khusnul juga mengaku bahwa dia tidak pernah merasa putus asa meskipun saat SMA belum bisa mencetak prestasi apa pun. “Yang jelas saya tidak pernah kapok untuk tetap aktif dalam beberapa kegiatan,” ungkapnya penuh semangat. Wajar saja jika gadis yang gemar makan nasi goreng tersebut siap memburu pengalaman baru yang lebih menantang di kampusnya nanti.
Begitu banyak kenangan yang melekat dan selalu Khusnul ingat di balik perjuangannya dalam menggapai cita. Banyak pelajaran berharga yang dapat dipetik dari semua pihak hingga dia dapat meraih kesuksesan sampai di titik ini. Sosok yang gigih dan ulet seperti Khusnul pun sangat meyakini kekuatan doa, khususnya doa dan pertolongan dari seorang teman. “Karena kunci kesuksesan bukan hanya dari doa orang tua, guru, saudara, dan diri sendiri, doa dari teman juga salah satu kunci kesuksesan kita,” pesan gadis yang bercita-cita menjadi seorang CEO perusahaan bidang pertanian tersebut. (hm // bya)