Oleh Susilowati
“Masa muda itu harus menjadi masa di mana diri kita berjuang untuk sukses dan menghabiskan jatah kegagalan. Hingga nanti ketika usia tua kita sudah dipenuhi oleh berbagai pengalaman yang menyukseskan dan mendewasakan.”
~ Edvan M. Kautsar~
Kesuksesan adalah hal mudah. Begitu juga dengan mimpi adalah hal yang mudah dan murah. Akan tetapi, mewujudkan mimpi dan meraih kesuksesan itu adalah harga mahal yang kita sendiri harus membayar dengan semua tenaga dan kerja keras sungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Kesuksesan yang aku dapatkan di masa SMA ini bukanlah semata-mata usaha dari aku sendiri, melainkan dari banyak dukungan dan bantuan orang-orang hebat. Sosok terhebat yang kumaksud itu adalah guru kimiaku, Bapak Soni Syarifuddin. Beliau adalah orang terhebat yang pernah aku jumpai on my path to achieve glorious success. Bagiku, Pak Soni itu seorang panutan, panutan untuk guru kehidupan. Guru kehidupan yang seperti apa? Guru kehidupan yang mengajarkan betapa kerasnya hidup ini, betapa pentingnya kita untuk selalu berjuang dan bekerja keras, tangguh, mandiri, kompetitif, kreatif, and also be happy.
Aku sangat bersyukur dapat menemukan guru seperti beliau. Beliau mendidikku sejak kelas X SMA. Kami menjadi dekat setelah aku diajak Pak Soni untuk bergabung di tim olimpiade SMANAS. Aku awalnya ragu karena aku pun tidak begitu tahu dan suka apa itu kimia. Sejujurnya aku sangat tertarik dengan biologi. Bagiku biologi adalah cinta pertamaku di SMA. Akan tetapi, setelah bergabung di tim olimpiade, aku menyadari bahwa chemistry is my true love. Kenapa aku menyebut seperti itu? Sebab aku menyenangi dan bisa memahami dengan mudah tentang kimia daripada biologi.
Perjuangan Pak Soni dalam membimbing kami, anak-anak tim olimpiade kimia bukanlah hal yang sepele atau alakadarnya. Keuletan, ketangguhan, dan jiwa kompetitif yang dimiliki Pak Soni berhasil membuat aku dan teman olim lainnya ikut semangat melihat kegigihan beliau. Olimpiade yang pertama aku ikuti di tahun 2018 membuahkan kegagalan untukku. Sedih pada awalnya. Akan tetapi, Pak Soni tetap memberikan semangat dan dukungan untuk berjuang lagi di event lainnya. Begitu juga kegagalan yang terjadi di olimpiade kedua, OLKIMNAS UIN. Sungguh mengenaskan kalau kita membayangkan dua kegagalan berturut-turut. Aku tidak patah semangat dan terus belajar karena kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
Februari 2019, sekolahku mengirim delegasi untuk beberapa bidang dalam rangka mengikuti OSN 2019. Tentunya aku menjadi salah satu yang dikirim untuk bidang kimia. Aku dan keempat temanku: Kak Zallianty, Manda, Anisah, dan Sintia melakukan pembinaan rutin dengan Pak Soni. Bimbel kimia kakak kelas pun kami disuruh ikut. Sebab, itulah cara belajar kami untuk mempersiapkan diri dalam OSN nanti. Tidak hanya satu atau dua bulan, melainkan berbulan-bulan persiapan yang sudah direncankan oleh Pak Soni. Beliau bukanlah tipe orang yang persiapan dikit langsung jadi, tetapi beliau lebih suka mempersiapkan jauh hari agar mendapat hasil yang maksimal sesuai keinginan. Pembinaan dan bimbel adalah hari yang panjang dan berat untukku saat itu. Sebab, sembari prepare olimpiade, aku juga tetap harus menyelesaikan tugas-tugas sekolah yang aku lewatkan ketika melakukan pembinaan. Ibarat kata double work gitu dah. Hehehe.
Hari yang dinantikan pun tiba. Rabu, 27 Februari 2019 adalah seleksi tingkat kota atau kabupaten. Bidang kimia diselenggarakan di SMAN 3 Malang. Aku sangat gugup ketika hendak berangkat. Setelah sampai di SMAN 3 Malang, temanku Manda mendapat kabar bahwa Pak Soni tidak bisa mendampingi karena beliau sakit. Saat mendengar hal itu, sakit rasanya hati dan dadaku terasa sesak hingga butir air mata pun jatuh membasahi pipiku. Aku berniat dan bertekad dalam hati bahwa aku harus bisa memenangkan dan lolos seleksi kota untuk bisa ke provinsi sebagai reward for my teacher. Aku terpisah ruang dengan keempat temanku. Saat ujian dimulai, aku tidak lupa untuk mengawali dengan bismillah dan senantiasa ber-sholawat. Seperti pesan Pak Soni, “Hancur-hancuran” adalah moto beliau untuk selalu menyemangati kami. Maksud dari moto itu ialah kita harus berjuang semaksimal mungkin dalam berkompetisi, mencurahkan semua tenaga, kekuatan, pikiran, dan menggunakan semua ilmu yang sudah kita pelajari untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Aku begitu yakin dengan semua jawaban yang aku pilih, menghitung dengan teliti, dan mengisi semua lembar jawaban dengan penuh dan tentunya bukan asal-asalan menjawab. Hehehe. Ketika ada aba-aba times up, aku sudah hampir selesai memeriksa kembali jawabanku dan mengumpulkan di akhir-akhir (itulah kebiasaanku saat mengumpulkan jawaban. Hehehe). Beberapa minggu kemudian, pengumuman hasil seleksi sudah keluar. Aku sangat dan begitu terkejut dengan kabar yang diberikan Pak Soni di hari Kamis saat itu. Bahwasanya aku lolos seleksi dan bisa lanjut ke OSP. Uwauuuww daebak, aku bersyukur pada Tuhan karena memberi hadiah atas kerja kerasku. Tak henti di situ, aku tetap diberi jadwal pembinaan oleh Pak Soni. Bahkan ketika teman-teman libur, aku disuruh ke sekolah untuk melakukan pembinaan. Capek sih sebenernya, tapi itu menyenangkan, dan tentunya aku tidak boleh berpuas diri terlebih dahulu dengan pencapaian yang masih awal itu.
Senin, 8 April 2019 aku berangkat ke Surabaya dengan ditemani Pak Soni. Esok harinya, 9 April 2019 dilaksanakan OSP di Grand Park Hotel Surabaya. Malam harinya aku masih pembinaan dengan Pak Soni di ruang depan hotel. Aku sangat gugup dan takut karena lawannya dari berbagai daerah di Jawa Timur. Aku berharap bisa lolos ke tingkat nasional karena itu akan menjadi hadiah untukku dan sekolahku. Namun, pada kenyataannya itu bukan rezeki dan aku tidak lolos. Bersyukur ialah hal yang penting untuk dilakukan karena gagal itu sudah biasa dalam medan pertarungan. Tidak hanya sampai di situ. Sembari menunggu event olimpiade yang lain, aku tetap mempelajari kimia di rumah, tentunya materi yang belum aku kuasai. Pencapaian terbesar kami tim olimpiade kimia adalah saat menjadi juara II di NITRON UM 2020. Saat itu, Pak Soni mengirim 2 tim olimpiade. Tim 1 aku dan Manda, sedangkan tim 2 Sintia dan Anisah. Alhamdulillah banget, tim 1 mendapat juara 2, yang pasti itu bukanlah karena kerja keras kami sendiri melainkan keteguhan, kegigihan, dan jiwa kompetitif yang sudah Pak Soni berikan untuk kami melalui pembinaan dan hal lainnya untuk bisa memberikan yang terbaik buat kami. Thank you so much, Sir. We love you 😀
Tidak sampai di situ. Ketika pemilihan untuk kuliah, aku juga didampingi oleh Pak Soni. Aku termasuk siswa eligable yang ikut SNMPTN. Aku memilih ITS dengan prodi 1 Teknik Kimia dan prodi 2 Kimia murni. Pada 22 Maret 2021 saat hari pengumuman SNMPTN, aku tidak lolos dan bener-bener terkejut, sedih, kecewa dengan hasil pengumuman itu. Bahkan guru-guru, teman, dan sebesty pun ikut tidak percaya dengan tidak lolosnya aku di SNMPTN itu. Akan tetapi, beliau (Pak Soni) tetap menyemangatiku dan yakin kalau aku bisa bangkit. Esoknya saat di sekolah ketika di nasihati Pak Soni aku sungguh tidak bisa menahan rasa sedih dan tangis yang sudah menyesakkan dada. Tiba-tiba air mata mengalir deras di pipiku, aku merasa sudah mengecewakan orang tua dan beliau juga karena tidak lolos. Sungguh-sungguh menyesakkan. Pak Soni menyabarkanku dengan semua kalimat baik dan lembut yang keluar dari mulutnya. Aku hanya mendengarkan dan menangis terisa-isak. Satu kalimat Pak Soni yang benar-benar membuka pikiranku dan membangkitkanku ialah, “Masih ada kesempatan lagi dan bapak yakin kamu pasti lolos SBMPTN. Dan ketika lolos SBMPTN, kamu akan sangat bangga dengan itu daripada ketika lolos SNMPTN.” Entah kenapa tangisku semakin deras. Beliau bukan hanya seorang guru bagiku tetapi juga ayah di sekolah.
Beberapa hari berlalu dan tiba saatnya bimbel UTBK. Wahhh! Itu adalah hari yang sangat berat untukku, Sobat. Amat sangat berat hehe, tapi perlahan aku bisa bangkit from adversity (keterpurukan). Aku yakin aku pasti bisa. Minggu, 18 April 2021 adalah hari aku UTBK. Rasa menakutkan, tegang, harus siap semuanya bercampur aduk. Akan tetapi, aku yakin pada barokahnya bulan suci Ramadan pasti akan diberi kelancaran. Aku bersungguh-sungguh dalam mengerjakan soal UTBK. Lalu, 14 Juni tiba hari pengumuman. Aku sangat-sangat bersyukur atas hasilnya bahwa aku lolos UTBK SBMPTN 2021 dan diterima di S1 Jurusan Kimia Universitas Brawijaya. Aku benar-benar membuktikan apa yang sudah dikatakan Pak Soni kala itu, sungguh yabai (keren) ketika kita lolos SBMPTN, sebab kita tahu bahwa itulah kemampuan kita sesungguhnya yang sudah diuji. Satu hal yang menjadi sorotan ialah aku mendapat nilai sempurna di UTBK untuk mapel kimia. Wahhh bener-bener yabai! Aku tidak sombong, hanya saja bangga dengan kerja keras. Semua itu tentunya berkat Pak Soni yang selalu mengajarkan dan memberikan bimbingan, mencontohkan sikap kerja keras, optimis (terpenting), never give up, dan jiwa kompetitif.
Seumur hidupku aku tak akan pernah melupakan jasa beliau, perjuangan beliau untuk menjadikanku yang seperti sekarang. Tanpa beliau aku bukanlah apa-apa, hanya sebuah bolpoin yang tanpa tinta atau bagaikan kertas kumal yang tak berguna. Bertemu dengan beliau adalah sebuah keberuntungan. Beliau adalah guru terhebat dan guru favorit tentunya. Jiwa kompetitif Pak Soni dan kompetensi yang dimiliki Pak Soni sudah tidak perlu diragukan lagi. Aku bisa menjadi seperti sekarang berkat tekanan dan tempaan beliau. Ibarat kata Jawa, “Amarga wes digulawentah karo Pak Soni akhire aku isa dadi wong sing kaya saiki.” Semoga ke depannya tim olimpiade SMANAS dan Pak Soni bisa selalu melahirkan generasi-generasi hebat berikutnya. Semoga Pak Soni selalu diberikan kesehatan, kelancaran dalam semua urusan, keluarga yang sakinah mawaddah warahmah. Jasamu akan kukenang selalu, wahai guruku.
I am very grateful and sincerely pray for yo, O my greatest teacher. May Allah always bless you.
“Saya akan memberitahu orang-orang muda untuk mulai dari yang mereka miliki sekarang ini. Dan rahasia sukses besar dimulai dari kesuksesan kecil dan mimpi yang semakin besar.”
~John H. Johnson~