SMANAS Malang kembali melepas mahasiswa Kajian Praktik Lapangan (KPL) Universitas Negeri Malang (UM) gelombang II. “Ini berita duka bagi kami karena harus melepas mahasiswa KPL,” tutur Drs. Rusdi, M.Si. dalam sambutannya Senin (21/10). Di ruang studio prestasi dan pengembangan sekolah (SP2S) itu, Pak Rusdi mengaku, kehadiran mahasiswa KPL sangat membantu. “Bahkan dapat saya katakan sebenarnya sekolah yang butuh mahasiswa KPL, bukan UM,” terangnya.
Kepala SMANAS tersebut sempat menyayangkan jika ada sekolah yang susah atau bahkan menolak kehadiran mahasiswa KPL. “Kalau ada sekolah yang merasa susah, berarti manajemennya perlu dipertanyakan,” ungkap beliau. Menurut Ketua MKKS Swasta Kota Malang itu, mahasiswa KPL merupakan rezeki karena mereka adalah tenaga yang diperbantukan. Selain itu, mahasiswa KPL sudah lebih unggul dibanding anak-anak karena mereka telah lebih dahulu lolos SNMPTN dan SBMPTN.
Pak Rusdi berpesan agar mahasiswa KPL tetap terbuka khususnya pada anak-anak. “Jika mereka bertanya atau ada tugas, tolong dibantu, apalagi yang sudah punya fans,” kata Pak Rusdi. Beliau sempat berujar agar diusulkan masa KPL diperpanjang, jika perlu sampai satu semester.
Menanggapi sambutan tersebut, Dr. Rustanto Rahadi, M.Si. berpesan pada para mahasiswa KPL agar mengikuti pesan-pesan yang disampaikan oleh Pak Rusdi. Sebelum itu, beliau meminta agar mahasiswa KPL menyampaikan kesan-kesan.
Pak M. Tegar Nur mengungkapkan bahwa beliau sangat berterima kasih karena tidak hanya diajari cara mengajar dan membuat RPP. “Pak Rusdi mengajari kami cara manajemen sekolah,” tuturnya. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika tersebut juga berharap agar para siswa SMANAS dapat masuk ke perguruan tinggi. Selain itu, beliau berharap M-Gopek dapat menjadi ladang amal mereka untuk bisa kuliah.
“Yang menarik di sini, adik-adik KPL diajari cara manajemen sekolah,” tutur Pak Rustanto. Selain terkesan dengan hal itu, beliau juga memohon maaf jika ada dosen pembimbing yang tidak dapat mendampingi saat lesson study. “Saya yakin bapak dan ibu pamong bisa membimbing adik-adik KPL,” kata dosen Matematika ini. Terkait masa pelaksanaan KPL, Pak Rustanto menuturkan bahwa hal tersebut terkait waktu. “Karena kita memang terbelenggu dengan waktu,” tutur beliau. Para mahasiswa KPL masih harus menyelesaikan tanggung jawab di kampus.
Di akhir acara, Pak Rusdi juga berpesan agar para mahasiswa KPL dapat menjadi teladan bagi para siswa nanti. Bahkan jika suatu saat jadi pemimpin, mereka juga harus memberi contoh, mengubah sesuatu dengan tangan mereka, bukan dengan kata-kata. “Jangan berharap siswa Panjenengan berkata baik jika Panjenengan tidak. Sebab, yang baik itu yang memberi contoh,” papar Pak Rusdi.
Maret Tika Wulandari mengaku sedih ditinggal mahasiswa KPL. “Dari kemarin-kemarin sempat bimbingan persiapan olimpiade dengan guru KPL,” ungkap siswa XI IPS 2 itu. Dia berharap, agar para mahasiswa KPL dapat sukses.
Sementara itu, Pak Ifan Andriado mengaku bahwa KPL merupakan pengalaman baru. Sebelumnya, beliau pernah penelitian ke sekolah, tapi hanya 1 – 2 hari sudah sekolah. “Sementara kalau KPL kan sudah layaknya guru, setiap hari masuk,” tutur pengajar Sosiologi ini. Pengalaman mengajar dua kelas juga menjadi hal baru bagi Pak Ifan. Beliau mengaku dapat membandingkan karakter anak yag berbeda. Pak Ifan juga terkesan dengan kebiasaan guru menyambut siswa ketika pagi di lobi. Selain itu, yang paling membuatnya terkesan adalah manajemen sekolah. “Ini semua merupakan pengalaman yang benar-benar baru dapat tak dapat digantikan,” ungkap mahasiswa KPL asli Sumberpucung tersebut. (bya)
This Post Has One Comment
rustantorahardi
21 Okt 2019Mantab semoga suskses untuk semuanya