Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana dan sistematis yang dirancang untuk mencerdaskan anak-anak bangsa. Salah satu usaha yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Jawa Timur adalah menyelenggarakan pelatihan penyusunan dokumen 1 KTSP / K 13. Dalam acara tersebut, kepala dinas pendidikan Jawa Timur Dr. Saiful Rachman, MM., M.Pd. menyatakan bahwa sebagai seorang pendidik, guru pastinya sudah sangat ahli dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) serta perangkat lainnya. Guru pasti sudah mengenal dokumen 1 yang berisi gambaran umum kurikulum sekolah, dokumen 2 yang berisi silabus pembelajaran, dan dokumen 3 yang berisi rencana pelaksanaan pembelajaran. Hanya saja, menurut beliau guru perlu menambahkan unsur-unsur penting, berupa penguatan-penguatan ke dalam RPP. Misalnya, karakter dan pembelajaran abad 21 untuk menyesuaikan perkembangan zaman.
Menurut beliau, tugas seorang guru sangatlah berat. Hal ini dikarenakan guru harus merencanakan dan mendesain kegiatan pembelajaran dengan tujuan mencerdasarkan peserta didik sekaligus mengubah perilaku mereka menjadi lebih baik. Oleh karena itu, penguatan-penguatan yang diberikan tidak hanya teknologi semata. Namun perlu sentuhan sosial kejiwaan dari seorang guru. DI sinilah betapa pentingnya peran guru. Pembelajaran yang hanya melalui teknologi akan melahirkan perilaku kekerasan pada perilaku peserta didik. Peran guru tidak mungkin tergantikan oleh teknologi seperti robot. Berkaitan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, beliau berharap bahwa setiap tahun di setiap sekolah diselenggarakan workshop penyusunan RPP serta workshop evaluasi pembelajaran. Terlebih lagi bagi para guru yang sudah mendapatkan Tunjangan Profesi Guru (TPG). Jangan sampai karena TPG terlambat turun, kualitas RPP juga turun (canda beliau). Guru yang sudah mendapatkan TPG adalah guru yang profesional yang seharusnya kualitasnya melebihi guru yang lainnya. Sebagian dari dana TPG yang diterima seharusnya digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas dirinya sebagai pendidik.
Guru dikatakan berhasil apabila dia mampu menyetarakan persentase anak-anak yang dikatakan lower menjadi medium ataupun higher. Begitupun yang medium berubah menjadi lebih baik menjadi higher. Apabila dalam pembelajarannya guru tidak mampu melakukannya, atau dikatakan yang lower tetap lower, yang medium tetap medium, dan yang higher tetap higher maka, guru hanya menyelenggarakan pembelajaran klasikal semata. Dengan demikian, tidak ada inovasi pembelajaran. Kesalahan guru selama ini adalah satu RPP digunakan untuk berbagai kelas dalam jenjang yang sama. Padahal setiap anak dalam kelas tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu, RPP untuk kelas satu dengan kelas yang lain seharusnya berbeda. Bergantung pada karakteristik peserta didik dalam kelas tersebut. Akhirnya, beliau berharap semoga pelatihan penyusunan dokumen 1 KTSP / K 13 berjalan dengan lancar dan ada peningkatan profesionalitas pendidik serta peningkatan hasil belajar peserta didik baik pada penilaian harian bahkan ujian nasional. (ss).