Bertaubat Sebelum Terlambat
Dingin meluruh di pagi jelang subuh
Fajar khidzib menggurat langit bersimpuh patuh
Menerangi jiwa-jiwa yang tergolek rapuh
Merapikan iman yang berserakan jatuh
Mengembalikan segala tatanan pada kesadaran tauhid dengan keyakinan sepenuh utuh
Di negeri ini pandemi seolah menjadi artis
Topik hangat yang selalu laris manis
Dengan dihiasi berbagai suguhan cerita miris
Manusia seolah melupa pada garis takdir yang tak bisa ditepis
Waktu dan roda kehidupan terus berjalan
Semakin mendekatkan manusia pada ambang kematian
Namun banyak yang pura-pura hilang ingatan
Seolah maut adalah permainan yang bisa ditangguhkan
Kita adalah generasi Islam yang gagah
Apakah pantas mengharapkan Jannah
Jika keimanan kita mengalami demoralisasi yang parah
Mari,mari segera kita berhijrah
Wahai kalian para sahabat
Tak pernah ada kata terlambat buat kita bertobat
Jangan menunggu bunyi terompet isrofil
Menghancurkan semesta menjadi abu dan kerikil
Alloh telah berfirman
” Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hambaKu . Masuklah kedalam surgaKu (QS Al-Fajr :27-30)
Labirin di Musim Kemarau
Rindu lalu lalang membuat hiruk pikuk
Saling menatap sedetik lalu menunduk
Seolah tegur sapa sudah tak lagi saling mengetuk
Adalah pintu hati dari bingkai kayu yang remuk
Selamat siang sang tuan konservatif
Apa kabarmu yang dulu begitu posesif
Terimakasih telah sedia mengenal puan yang naif
Berkat tuan kini puan belajar untuk lebih selektif
Rumah tuan dan puan adalah labirin masa lampau
Yang membawa lesap mimpi penuh igau
Sebab sudah lupa jalan pulang menuju engkau
Benar sekali ucapanmu tuan
Setiap rumah melahirkan cerita sedih yang tak selalu terkabarkan
Puan merawatnya tumbuh besar agar kelak bisa puan tertawakan
Seperti bocah kecil bermain kesenangan
Puan tertawa pongah saat tuan bilang terpuruk
Sedang seantero jagad tahu derita puanlah paling amuk
Terasa mual dan mabuk
Dipenuhi ribuan omong muluk
Puan sudah mempersiapkan proses pemakaman
Untuk delusi cinta yang hendak dibunuh lalu puan kuburkan
Tinggal menawar harga kematian
Agar proses sekarat nanti tak terlalu menyakitkan
Pada akhirnya tamatlah sebuah cerita
Kisah tuan dan puan cukup dikenang sebagai paradoks semata
Dongeng tak bermutu diujung senja
Saling membunuh rasa
Meski saling mencinta
Malang, 20 Oktober 2020
Sudut Kenang 2020
Di sepanjang sejarah peradaban yang terus berjalan
Dan almanak yang terus berganti bilangan
Tahun 2020 menjadi narasi hidup yang penuh sudut kenang
Mayat-mayat pandemi jatuh bergelimpangan
Dimakamkan tanpa barisan pengiring kehormatan
Melupakan segala bentuk sedu sedan tangis perkabungan
Bocah-bocah penjual masker dadakan gigil kedinginan
Demi tambahan selembar uang kuota dan jajan
Mereka rela digilas roda ekonomi yang terburai tak beraturan
Seorang remaja dikabarkan tewas tak mampu menenangkan rasa cemas
Tatanan belajar daring menekan akal waras
Lalu sengaja nekat menengguk potas
Negeriku keruh karena demo bergejolak rmerusuh
Hak buruh terbunuh oleh cipta undang-undang yang mengukuh
Duh Tuhan, rangkaian aksaraku ini penuh butiran air mata yang jatuh
Menggenang, Menggamang dan Mengenang
Malang, 16 November 2020
Eksistensi Kami
Kami putra dan putri pertiwi
Tak pernah mengenal krisis identitas diri
Penentang segala bentuk diskriminasi
Bahkan ketika negara dilanda pandemi
Kamilah benteng kuat penghadang arus demoralisasi
Kami pemuda-pemudi Indonesia
Di seluruh tubuh kami mengalir darah pancasila
Kami patriot-patriot teknologi informatika
Pengusir tributa dan pengapus segala kasta
Pendobrak dogma yang menyumbat logika
Inilah eksitensi kami yang tak pernah terhenti
Semenjak kami mengucap janji
Sumpah pemuda menjadi lekat dihati
Tanggal 28 Oktober selalu diperingati hari bergengsi
Hari bersatunya pemuda-pemudi di seluruh negeri
Bangkit dari segala bentuk penindasan dan pembodohan di muka bumi
Kami putra dan putri pertiwi
Berjanji meneruskan sumpah pemuda sampai mati
Menumpahkan perjuangan ke anak cucu kami
Karena itulah bukti eksistansi kami
Malang, 03 November 2020
Tamat
Awalnya bersekat
Lalu kembali merapat
Dalam satu kalimat
Tamat !!
Berhasil selamat
Dari kebodohan yang mengikat
Berhasil bebas melesat
Meski dengan nyawa yang setengah sekarat
Tuan yang terhormat
Tumpuan puan tak lagi kuat
Menanggung pongahmu yang amat kelewat
Pongah yang menempatkan puan berada di fase terberat
Sudahlah tuan jangan lagi mendekat
Untuk berbasa basipun sudah begitu penat
Bersamamu hidup puan hancur lebur bak kiamat
Ditikam berkali-kali oleh luka yang maha hebat
Dongeng kita sudah sangat berkarat
Usah lagi dipoles dan dirawat
Cukuplah menjadi satu riwayat
Kucukupkan menjadi satu hikayat