Nama : Malik Fatur Rozi
TTL : Malang, 22 Februari 2001
Alamat : Dusun Wangkal RT 39 RW 11, Desa Kalisodo, Kecamatan Wagir
Hobi : main game
Cita-cita : Pengusaha
Moto hidup : Terus melangkah ke depan tanpa melihat ke belakang
Riwayat Pendidikan:
- SDN Bedalisodo IV (2006 – 2013)
- SMP PGRI 01 Wagir (2013 – 2016)
- SMA Nasional Malang (2016 – 2019)
- Universitas Negeri Jember, FKIP, Jurusan Pendidikan Georafi (mulai 2019)
Organisasi :
- Anggota klub bahasa Jerman SMA Nasional
- Anggota klub bahasa Jepang SMA Nasional
Pribadi Santai yang Jarang Membuat Target
Malik Fatur Rozi dilahirkan di daerah Wangkal, suatu wilayah dataran tinggi di lereng pegunungan Kawi. Malik tidak berasal dari keluarga kaya. Awalnya Malik hanya coba-coba masuk SMA Nasional. Dia ingin masuk SMK. “Tapi, nyatanya saya bertahan sampai sekarang,” katanya bergurau. Di lingkungan tempat tinggalnya, jika ada yang sekolah jenjang menengah atas, mereka memilih SMK dengan asumsi langsung kerja. Malik, Mila Putri, dan Eliya adalah anak pertama yang masuk SMA. Banyak pula anak di lingkungan tempat tinggalnya yang tidak melanjutkan sekolah, tetapi memilih kerja. Bahkan tidak sedikit para perempuan yang lulus SD, kerja sebentar, kemudian menikah. Mayoritas mata pencaharian penduduk sana adalah kerja bangunan atau buruh pabrik.
Demikian pula orang tua Malik. Ayahnya tukang bangunan sementara ibunya hanya di rumah saja. Kadang juga momong anak saudara. Malik merupakan anak bungsu di keluarganya. Sang kakak sudah menikah dan memiliki rumah sendiri. Orang tuanya juga sakit-sakitan. Hal itu yang sering menjadi beban bagi Malik jika harus pergi jauh. Dari sisi finansial pun, Malik tidak mau sering meminta pada orang tuanya. Dia merasa berat jika berbicara kebutuhan uang dengan orang tuanya. Kebutuhan banyak dan orang tuanya masih harus membantu keuangan kakaknya.
Orang tuanya tidak mengizinkan kuliah karena jauh. Orang tuanya juga mendapat pengaruh dari lingkungan sekitar bahwa sekolah tinggi itu mahal. Orientasinya adalah kerja atau menikah. Sering kali Malik pelan-pelan mengajak orang tuanya bicara, memberi pengertian dan bukti bahwa orang miskin bisa kuliah. Di sisi lain, ketika daftar SNMPTN, Malik merasa minder karena dia tidak pernah rangking 1 di kelas. Malik hanya fokus SBMPTN. Namun, segalanya berbalik ketika melihat pengumuman, Malik lolos SNMPTN di Universitas Negeri Jember jurusan Pendidikan Geografi. Orang tuanya pun bangga. Sang ibu yang tidak lulus SD karena ketika kelas II harus bekerja dan sang ayah yang tidak mengenal bangku kelas, sangat ingin Malik dapat memeroleh pendidikan tinggi.
Dalam hidupnya, Malik cenderung tidak pernah memikirkan target besar dalam hidupnya. “Saya jalani saja karena kalau ditargetkan malah tidak bisa,” tutur Malik. Motivasi terbesar dalam hidupnya adalah mampu mewujudkan keinginan-keinginan orang tuanya. Malik ingin orang tuanya tidak perlu bekerja, tetapi cukup dia yang bekerja untuk mencukupi kebutuhannya. Malik sangat meyakini bahwa kebaikan yang dilakukan akan dibalas tujuh kali lipat oleh Allah. (bya)
This Post Has 2 Comments
Nur hs
22 Mei 2019Jadi warga pandanrejo tentunya saya sangat bangga melihat semangat pemuda yg begitu gigih untuk belajar tuk meeaih cita”…..swmoga yg kuasa memberi kemudahan dan rahmadnya pada anak”ku semua…..raih cita-citamu setinggi mungkin…..!!
operator web
27 Mei 2019aamiin yarobbal’alamiin.. terima kasih. mari kita doakan anak kita 🙂