Choir Ebi Dwi Aditya lahir di keluarga yang sederhana. Dia merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Dia tak pernah menunjukkan kemewahan. Pola makan sehari-hari juga hemat dan sederhana. Pak Sudarmanto, ayahnya, memiliki strategi tersendiri untuk mengatur perekonomian keluarga dan menyimpan tabungan untuk anak-anaknya. Seminggu setelah kelahirannya, Choir ditinggalkan ayahnya dinas di Papua selama dua tahun. Pekerjaan ayahnya yang seorang TNI membuatnya jarang berkumpul. “Tapi, justru karena itu, saya jadi sangat dekat dengan ayah,” tutur Choir.
Kepribadian Choir terbentuk dari didikan ayah dan ibunya. Sejak awal, Choir sangat ingin jadi polisi. Namun, sang ayah menyarankan agar tidak langsung daftar polisi setelah lulus SMA. Dia harus kuliah. Seiring berjalannya waktu, Choir pun merasa bahwa dirinya belum kompeten jika masuk ke kepolisian. Siswa SMA Nasional Malang yang lulus 2019 ini telah terbiasa membuat rencana dalam hidupnya. Choir tekun menyusun rencana yang akan dilakukan setelah lulus SMA. Pilihan Choir berbelok. Urutan yang hendak dia lakukan yaitu mengikuti SNMPTN, SBMPTN, kuliah kedinasan, dan kepolisian gelombang 2.
Bagi Choir, kunci terbesar terletak pada kemampuan diri sendiri. “Kita harus bisa menganalisis dan mengukur kemampuan kita sendiri,” katanya. Ayah dan ibunya selalu berharap agar Choir dapat melebihi sang orang tua. Dia pun bertekad untuk bisa masuk kampus kedinasan dan jika belum lolos, dia harus kuliah. Rencana studi yang telah dia buat, ditunjukkan pada ayah, ibu, dan kakaknya. Keluarga kecilnya memberi saran dan dukungan yang semakin membuatnya semangat. “Karena orang tua saya, saya jadi optimis,” tambahnya. Choir ingin jadi laki-laki yang berwibawa. Laki-laki yang tinggal di Desa Wadung Kecamatan Pakisaji ini tidak ingin dirinya dan keluarganya direndahkan.
Ketika menjadi siswa, Choir cenderung diam dan tidak memberitahukan pada teman-teman, apa dan bagaimana rencananya setelah lulus SMA. Dia tak pernah menunjukkan bahwa dia ingin menjadi taruna. Sejak menginjak kelas XII, Choir fokus belajar dan latihan soal-soal. Sering kali dia ke rumah guru tak mengenal waktu untuk mendapat materi tambahan. “Saya paling suka mengusik guru agar mau saya repoti,” tutur laki-laki kelahiran Blitar ini. Desember 2018, strateginya semakin matang. Sejak awal, dia fokus melihat pencapaian nilai-nilai pelajaran. Kegagalan di SNMPTN juga memberinya pelajaran.
Ketika mendaftar SBMPTN, Choir mendapat penguatan saran untuk masuk ke Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dan mengambil Fisika murni. Sadar dengan kemampuannya, Choir bertekad harus bisa masuk Fisika UNESA. Sebab, itu akan menjadi tempatnya mencari ilmu jika gagal masuk sekolah kedinasan. Ketika melihat pengumuman, dengan bekal banyak salawat, Choir diterima di Fisika UNESA. Choir mengikuti seluruh rangkaian kegiatan orientasi mahasiswa baru dengan baik dan maksimal. Bahkan dia termasuk anggota yang paling aktif dan bertugas membantu mengoordinasi kelompoknya.
Meskipun demikian, semangatnya untuk masuk sekolah kedinasan tidak berhenti. Keinginannya masuk kepolisian bagian lalu lintas, dia geser menjadi Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD). Choir rajin mencari informasi melalui internet dan video-video. Dari situ dia mendapat gambaran kehidupan semi militer. Sejak STTD buka pendaftaran pada April 2019, Choir sempat ragu. Choir tidak sampai hati membuang-buang uang orang tuanya. Namun, akhrinya diputuskan untuk tetap mendaftar. Sang ayah menegaskan bahwa dunia perkeretaapian akan terus berkembang sehingga memiliki prospek yang bagus.
Mulai Mei – Agustus 2019, laki-laki kelahiran 7 Februari 2001 itu mengikuti serangkaian tes yang cukup menguras tenaga, waktu, dan biaya. Melalui sscndikdin.bkn.go.id, Choir mengikuti pendaftaran administrasi. Setelah lolos, dia mengikuti seleksi kedua untuk seleksi kemampuan dasar. Kemudian, tes ketiga yaitu tes potensi akademik dan psikotes. Lolos tes tahap ini, Choir mengikuti tes tahap berikutnya, yaitu kesamaptaan, kesehatan, dan wawancara. Akhirnya, dalam tahap terakhir, pantukir, melalui jalur pola pembibitan daerah, Choir dinyatakan diterima di D3 Perkeretaapian STTD pada Rabu (28/8). Dari ribuan pendaftar, Choir merupakan satu dari 64 orang yang diterima jalur ini. Di jalur pola pembibitan pusat, ada 32 orang yang diterima. “Mulai sekarang, saya harus menata mental karena kehidupan di sana dikejar ilmu dan dikejar militer,” ungkap Choir sambil menyeka matanya yang terus basah.
Tentu saja pengumuman tersebut membuat kedua orang tua Choir bangga. Usaha yang dia lakukan sejak lama dan doa-doa orang tuanya dikabulkan. Choir yang pernah sakit hati karena peringkat di kelas XII turun, akhirnya dapat membayar rasa sakit hatinya. Dia bangga dapat membuktikan bahwa dia berhasil menjadi taruna. Dia selalu mengingat pesan sang ibu, bahwa tidak perlu merasa sakit karena peringkat di kelas. “Yang paling penting adalah fokus masa depan akan di mana, begitu kata ibu,” kata Choir.
Laki-laki yang hobi basket ini mengaku, perjalanannya Malang – Surabaya naik kereta ternyata memberi manfaat untuknya, yaitu lebih sering mengamati kereta dan para petugas di dalamnya. Pengalamannya di UNESA meski terbilang singkat, turut memberi pengalaman berharga untuknya. Namun, Choir sempat sedih. “Teman-teman saya di sana sudah erat,” tuturnya. “Mereka bilang, jika saya pergi, sama artinya mereka burung yang kehilangan sayap,” tutur Choir mengusap matanya yang berkaca-kaca.
Bagi anak dari Ibu Nurlaila ini, ilmu itu bisa dipelajari. Menurutnya, yang penting adalah tidak bertengkar dan tidak melawan orang tua. “Karena apa pun rencana kita harus ada dukungan dari orang tua,” terangnya. “Jika orang tua mendukung, pasti dalam setiap doanya, mereka menyebutkan harapan untuk kita,” tambahnya masih dengan mata basah. Selain itu, Choir juga mengatakan bahwa hal yang penting adalah tidak membuat guru marah dan bersikap sopan pada guru. Melihat dukungan orang tuanya yang luar biasa, Choir ingin dapat memberangkatkan mereka haji. Dia juga berharap, adik-adik kelasnya dapat mengenali dirinya sendiri untuk meraih masa depan. “Mulailah dari sekarang, kumpulkan niat dan atur strategi, jangan ikut-ikut teman,” pesan laki-laki yang juga alumnus SMPN 1 Wagir ini.
Menanggapi perjalanan Choir, Drs. Rusdi, M.Si. menuturkan bahwa tidak ada ilmu yang sia-sia. Beliau berpesan agar selama masih ada waktu sebelum berangkat ke Bekasi, Choir tetap masuk di UNESA. Kepala SMA Nasional itu juga berpesan agar Choir pamit dengan baik. “Guru itu haus dan pekerjaan melelahkan,” kata Pak Rusdi. Akan tetapi, rasa haus dan lelah itu dapat terbayar ketika melihat siswanya sukses. “Ini adalah takdir yang telah kamu usahakan, belajar giat, minta tambahan pelajaran, malam ke rumah guru, semua bergantung kegigihan,” pesan Pak Rusdi pada Choir bangga. Beliau yakin, perjalanan Choir dapat menjadi motivasi bagi adik kelas, teman, guru, bahkan orang lain di luar sana.(bya)