- Nama Lengkap : Oktania Nur Feruzia, A.Md.T.
- Nama Panggilan : Okta
- Tempat/Tanggal Lahir : Malang, 13 Oktober 2001
- Alamat : Jalan Sidodadi RT 37 RW 06 No. 36 Kelurahan Krajan Timur, Kebonagung, Pakisaji – Malang
- Nama Ayah : Buang
- Nama Ibu : Chutobah
- Pendidikan : a. RA Al-Ihsan Malang
b. SDN Kebonagung 05 Malang
c. SMPN 01 Wagir
d. SMA Nasional Malang
e. Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang – D3 Teknik Industri
- Organisasi / UKM : Fotografi, Lembaga Dakwah Islamiyah, Aremania ITN, Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Industri ITN
- Cita-cita : Pengusaha Sukses
- Moto hidup : Jangan takut gagal. Belajar dari kegagalan adalah hal bijak karena pada dasarnya kita tak akan mengetahui keberhasilan tanpa adanya kegagalan.
Mengusung sebuah ide yang dikemas dalam judul “Analisis Postur Kerja Pekerja Bagian Pencetak dan Perebus Bakso dengan Menggunakan Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA)”, Oktania Nur Feruzia, A.Md.T. berhasil meraih predikat sebagai wisudawan terbaik se-D3 Jurusan Teknik Industri di Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Tak tanggung-tanggung, alumnus SMP Negeri 01 Wagir tersebut juga menyabet indeks prestasi kumulatif (IPK) cumlaude, yakni 3,81. Setelah selama tiga tahun dididik di SMA Nasional Malang, Okta mampu membuktikan prestasi luar biasa dengan melanjutkan mimpinya di salah satu institut teknologi terbaik di Indonesia. “Saya sangat bersyukur bahwa saya berhasil berada di titik ini. Saya benar-benar tidak menyangka telah dinobatkan sebagai wisudawan terbaik se-D3 Teknik Industri,” ucap gadis kelahiran Malang, 12 Oktober 2001 tersebut.
Berbagai perjuangan dilalui Okta bersama SMANAS sebelum menuju perguruan tinggi. Hal tersebut membuatnya semakin bangga karena dapat meraih prestasi di dunia perkuliahan. “Jika teringat kembali perjuangan saya di masa lalu untuk merebut kursi di perguruan tinggi, saya sangat terharu hingga tak kuasa menahan air mata,” ungkap gadis penggemar warna pink tersebut. Banyak jalur masuk yang ditempuh Okta untuk menuju perguruan tinggi, mulai dari SNMPTN hingga SBMPTN. “Dulu jurusan impian saya adalah Matematika. Bu Ismi mendampingi dan merekomendasikan saya untuk masuk di beberapa jurusan, yakni Matematika murni, Pendidikan Matematika, dan Teknik Elektro,” tutur Okta. “Akan tetapi, Allah mempunyai kehendak lain terhadap saya. Atas rida dan doa dari orang tua saya yang menginginkan saya untuk kuliah di Malang, saya memilih untuk melanjutkan di ITN Malang. Mungkin inilah jawaban dari segala perjuangan yang saya lalui,” tegasnya penuh haru.
Prestasi yang telah Okta raih tentu tidak lepas dari perjalanan melelahkan. Bahkan dirinya pernah mendapatkan cibiran dari beberapa teman. “Saya adalah tipe orang yang memang suka bertanya kepada guru atau dosen pengajar di kelas hingga saya mengerti materi yang beliau jelaskan. Ternyata, kebiasaan saya yang suka bertanya malah mendapatkan respons negatif dari teman-teman,” ungkap alumnus SMANAS angkatan 2018 tersebut. Alih-alih putus asa, Okta justru semakin gencar untuk memompa semangatnya meraih mimpi. Dia semakin aktif dalam pembelajaran dan bertekad untuk membuktikan yang terbaik.
Ibu Chutobah menegaskan bahwa Okta memang terlihat memiliki kemampuan lebih sejak masuk taman kanak-kanak. “Saat itu, karena kemampuannya yang lebih dari siswa lain, Okta disarankan untuk masuk SD meski usianya masih baru 6 tahun,” tutur Ibunda Okta. Masih menurut sang ibu, Okta juga pernah meraih nilai danem tertinggi pada ujian kelulusan sekolah dasar tingkat kecamatan. “Ketika di SMP dan SMA, Okta mendapatkan beasiswa berupa bebas uang gedung karena nilai akademiknya yang tidak ada satu pun kurang dari 70 serta selalu masuk urutan 10 besar secara paralel,” jelas Bu Chutobah bangga.
Gadis dengan hobi bernyanyi dan bermain musik ini menyatakan bahwa keinginan untuk selalu berprestasi bermula ketika masuk ke SMANAS. Banyak hal mengesankan yang Okta rasakan hingga dia bisa berada di titik ini. “SMANAS sangat memberikan pengaruh luar biasa dalam perjalanan pendidikan saya. Saya tak henti-hentinya kagum utamanya kepada bapak ibu guru yang selalu mengajarkan sopan santun dan tata krama,” ungkap Okta penuh haru. Dia menambahkan bahwa SMANAS tidak hanya memberikan ilmu, tetapi benar-benar mengayomi siswa-siswinya. “Bahkan hal yang membuat saya sangat terkagum-kagum adalah meskipun saya sudah menjadi alumnus, tapi saya benar-benar diperhatikan hingga saya lulus kuliah,” tutur gadis yang juga hobi berhitung tersebut. Okta menegaskan bahwa SMANAS adalah keluarga kedua dan banyak pengalaman berharga tiada tara baginya.
Rasa syukur tak henti-hentinya disampaikan oleh kedua orang tua Okta. Beliau merasa sangat bangga kepada Okta karena telah dapat mengharumkan nama sekolah, lembaga serta orang tua. “Terlepas dari doa orang tua, keberhasilan Okta juga berkat peran besar bapak ibu guru SMA Nasional Malang. Saya sangat terharu karena beliau semua memberikan perhatian lebih dari segalanya bahkan setelah Okta lulus dari SMANAS,” ungkap Bapak Buang. Beliau juga berharap perjalanan Okta selanjutnya akan dilancarkan setelah kelulusan ini. Selain itu, Ibu Okta menambahkan harapan dan doa beliau. “Saya hanya punya doa untuk anak-anak saya termasuk Okta. Semoga mereka semua menjadi orang sukses, tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat,”ujar Ibu Chutobah berkaca-kaca.
“Kegagalan adalah cara untuk mencari pintu kesuksesan yang lain,” kata Okta menegaskan salah satu moto hidupnya. Okta menuturkan, akan ada banyak hal setelah ini yang akan dia lakukan. Terinspirasi dari salah satu mata kuliah E-commerce dan Technopreneur, salah satu usaha yang sedang dijalankan Okta adalah usaha makanan bertajuk “Mie Hu-Ha”. Bahkan impian Okta yakni membesarkan usahanya hingga seperti brand mi ternama di Malang. “Kuncinya adalah tidak pernah berputus asa dan terus maju meraih mimpi di segala kesempatan,” ungkap Okta yakin. (hm//bya)