Kharisma, begitu orang-orang kerap memanggilnya. Sejak kecil, ia memiliki bakat yang konon diwariskan dari keluarga secara turun-temurun. Uniknya, darah seni yang mengalir dalam keluarga si gadis bersuara emas ini dapat melahirkan keturunan perempuan berbakat sebagai pesinden. Sementara keturunan lelaki menggandrungi bakat, yakni lihai dalam memainkan segala alat musik. “Keluarga kami memang keluarga seni di mana semua keturunan dari buyut saya berbakat di bidang tarik suara bagi cewek dan bidang musik bagi cowok,” tutur penggemar novel genre romantis ini.
Sebagai keturunan berdarah seni, putri dari pasangan Bapak Mesiono dan Ibu Nena Erliva ini memang sudah berlenggang di panggung sejak ia berusia 5 tahun. Kharisma mulai dilatih oleh guru TK dan mamanya untuk bernyanyi di atas panggung guna mengisi sebuah acara satu ke acara lainnya. Hal tersebut akhirnya mampu membentuk karakter gadis yang berasal dari Desa Kucur ini tumbuh dengan mengantongi jati dirinya sebagai seorang penyanyi.
Semua perjalanan telah Kharisma lalui bersama hobinya, yakni tidak hanya menyanyi melainkan menari. Saat duduk di bangku sekolah dasar, ia menjajal beberapa kompetisi di bidang menari. Meski belum membuahkan hasil, namun pencinta film romantis ini tetap mendalami seni tari tersebut. “Tidak hanya menari, saat SD saya juga melanjutkan hobi menyanyi saya melalui tawaran beberapa job di komunitas sinden area Malang Raya,” tambah pemilik nama lengkap Kharisma Dia Rochmah ini. Dia juga menuturkan bahwa bakatnya dalam bidang tarik suara juga dia dalami saat SMP. Namun, bukan dengan lagu Jawa melainkan qasidah, menyanyikan lagu religi. “Selain qasidahan di sekolah, saya juga ikut komunitas Remaja Masjid (Remas) di kampung saya untuk melantunkan lagu religi dari satu rumah ke rumah lain,” pungkasnya.
Selama kurang lebih 11 tahun, Kharisma makan asam garam dalam dunia sinden dan tari. Satu hal yang sangat diidamkannya adalah hasil dari pembuktian yang selama ini dia lakukan. Memasuki usianya yang ke-15 tahun, pesinden cantik ini semakin berhasrat untuk membuktikan bakatnya melalui ajang kompetisi menyanyi bahkan sedari dia datang sebagai siswa baru di SMA Nasional Malang. “Sejak masuk ke SMA Nasional Malang, saya telah membubuhkan mimpi saya untuk dapat berprestasi meraih piala kebanggaan, utamanya dalam bidang saya, yakni sinden,” harap gadis kelahiran Malang, 12 Desember 2001 ini.
Tentu, bagi Kharisma mengikuti ekstrakurikuler musik dengan sang pembina, Pak Budi, adalah prioritas utamanya saat ia duduk di bangku kelas X. “Itu adalah salah satu jembatan saya agar saya bisa mengekspos bidang seni yang saya miliki, yakni sinden,” tutur Kharisma penuh semangat. Namun sayangnya, si pesinden bersuara emas ini harus lebih bersabar menunggu peluang bagi dirinya untuk mengikuti kompetisi sinden yang tak kunjung ada. “Saat itu, lomba-lomba yang tersedia hanya untuk lagu yang bergenre pop, sedangkan saya tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengikuti kompetisi tersebut. Jadi yang saya lakukan hanya menunggu peluang,” ungkap siswi kelas XII Bahasa ini.
Seraya menunggu peluang di bidang seni, Kharisma sudah melanglangbuana dengan kompetisi lainnya di bidang bahasa dan tari. Uniknya, divisi lomba yang dia pilih adalah yang berkaitan dengan bakatnya sendiri, yakni bidang menyanyi dan menari. Kharisma telah mengukir prestasi dan menggondol piala serta penghargaan saat mengikuti kompetisi Story Telling dalam bidang bahasa Inggris dengan menjadi Juara II di Universitas Kanjuruhan Malang pada tahun 2019 dan menjadi Juara Harapan II di Universitas Negeri Malang pada tahun 2018. Selain itu, dia juga dipercaya untuk mewakili SMA Nasional Malang untuk mengikuti kompetisi Märzhen erzählen bidang bahasa Jerman di Universitas Negeri Malang pada tahun 2018 dan 2019.
“Semua lomba yang saya ikuti selama ini tetap berbau seni. Saya tidak ingin jauh-jauh dari bidang saya sendiri,” ungkap Kharisma. Dia juga menambahkan bahwa lomba yang dia pilih meskipun di bidang Bahasa, namun harus tetap yang bisa mengekspos bidang seni menyanyi dan menari. “Contohnya di Story Telling bahasa Inggris dan bahasa Jerman, saya tetap membawa jati diri saya dalam lomba tersebut. Saya tetap bisa bernyanyi dan menari untuk mengekspos sisi seni saya,” pungkasnya.
Tidak hanya mengembangkan bakat seni melalui bahasa Inggris dan bahasa Jerman, alumni MTs Wahid Hasyim 02 Dau ini juga mencoba peruntungannya melalui ajang Nembang Jawa dan Pidato Bahasa Jawa di Universitas Negeri Malang tahun 2018 dan 2019. Meski belum berhasil membawa pulang piala, semangatnya tak pernah padam untuk mencoba di bidangnya sendiri, yakni mengikuti Lomba Tari Tradisional di Politeknik Negeri Malang pada tahun 2019. Dia juga mengobarkan bara semangatnya untuk mengikuti ajang Lomba Menyanyi genre dangdut di radio MAS FM Malang tahun 2019 lalu. Namun, lagi dan lagi, lagu Egois dan Secawan Madu yang dia lantunkan belum cukup membawanya pulang bersama piala.
Di balik semua kegagalan tersebut, Kharisma tetap berdiri tegar dan kuat serta tetap tak kenal lelah berlatih dan mengembangkan bakat sindennya berkat dukungan penuh dari keluarga utamanya ibu. “Mama adalah inspirator terbesar saya serta pelatih setia saya sehingga saya tetap semangat melanjutkan perjuangan di bidang seni,” tuturnya. Meski mengaku berlatih menyanyi secara autodidak, namun sesekali ibu Kharisma meluangkan waktu untuk melihat perkembangan suara putrinya. Selain itu, Kharisma semakin gencar dalam karier sindennya untuk dipanggil mengisi acara di beberapa tempat di area Malang dan Blitar. “Alhamdulillah, hasil dari saya sinden di beberapa acara selama saya SMA ini dapat membantu meringankan beban orang tua saya dalam membayar SPP dan bisa menjadi uang saku saya,” ungkap pencinta lagu Bohoso Moto ini.
Setapak demi setapak pengalaman jatuh dan bangun sudah dilalui gadis pesinden ini, hingga akhirnya di penghujung waktu saat duduk di bangku kelas XII tepatnya Kamis, 16 Januari 2020 merupakan titik balik luar biasa bagi Kharisma untuk melepas semua rasa ketidakpercayaan dirinya terhadap genre lagu selain lagu Jawa atau sinden. Akhirnya, di waktu tersebut Pak Budi mengantarkan Kharisma untuk menghadapi tantangan lagu genre pop dalam ajang Aoen Singing Competition (ASIC) dalam rangka Dies Natalies Poltekkes dr. Soepraoen ke-14.
Uniknya, di babak penyisihan, Kharisma menyadari bahwa dia satu-satunya siswi SMA yang harus melawan 37 kontestan lain yang semua adalah mahasiswa Poltekkes dr. Soepraoen. Sempat minder dan merasa down, namun berkat dukungan sang pembina, Pak Budi, gadis berusia 17 tahun tersebut tampil percaya diri di atas panggung dan memberikan pertunjukkan yang terbaik. Alhasil, lagu pop berjudul You Are the Reason yang dipopulerkan oleh Scott Callum berhasil memikat hati para juri, serta berhasil membawa Kharisma ke babak final dengan menjadi TOP 5.
“Rasanya senang, kaget, dan campur aduk ketika mendapat kabar dari Bu Eka bahwa saya masuk babak final di 5 besar, sampai-sampai saya speechless,” ungkap Kharisma dengan mata berbinar. Namun, ketika melihat daftar lagu yang harus dia pilih, Kharisma merasa down lagi karena hampir semua daftar lagu tidak dia kenali dengan baik. “Tapi Alhamdulillah ada satu lagu berjudul Salah Apa Aku dari Ilir 7, akhirnya saya memutuskan menyanyikan lagu tersebut meski sangat sulit bagi saya untuk menghilangkan cengkok dangdutnya,” tambah siswi yang bermimpi menjadi guru seni musik dan tari tersebut.
Setelah berlatih H-1 dengan mencari bagian yang tepat untuk diimprovisasi dengan nada tinggi, dengan penuh percaya diri sang pesinden cantik ini melantunkan lagu yang telah dipilihnya di babak final pada Senin (20/01). Tak disangka-sangka bahwa improvisasi nada tinggi yang Kharisma masukkan justru menjadi poin plus dan juri sangat mengagumi penampilannya. Alhasil, sang pesinden SMA Nasional Malang ini dapat menggondol Juara II dalam ajang ASIC tersebut. “Dan akhirnya, setelah melalui perjalanan panjang dalam karier seni saya, Alhamdulillah saya berhasil membawa pulang piala melalui lagu pop,” ungkap Kharisma penuh haru.
Meskipun terselip penyesalan karena baru bisa membawa pulang piala di bidang tarik suara yang telah digandrungi sejak usia dini di penghujung masanya di kelas XII, Kharisma tetap semangat untuk melanjutkan dan mengembangkan bakat seninya. Bahkan dia bermimpi untuk menjadi sinden andal dan go international seperti public figure andalannya, yakni Soimah dan Agnes Mo. “Meski menyanyi ini adalah sekadar hobi bagi saya, tapi tetap saya ingin mengembangkannya dengan maksimal dan go international layaknya dua artis Indonesia kebanggaan saya: Soimah dan Agnes Mo,” pungkas Kharisma.
Pesan dan harapan ditorehkan Kharisma, sang pesinden cantik SMA Nasional Malang, untuk adik tingkatnya. Dia berpesan bahwa percaya diri dan menggali bakat diri sangatlah perlu. “Jika adik-adik punya passion khususnya di bidang seni tarik suara, jangan merasa malu untuk keluar dari zona nyaman kalian. Apa pun genrenya harus dipelajari dan dikuasai, sehingga tidak menyesal di akhir seperti saya,” harap siswi ANGKASA (Angkringan Rolas Bahasa) tersebut. Menurutnya, kepercayaan diri harus ditumbuhkan sedari awal dan harus diiringi dengan usaha dan latihan yang giat. “Serta jangan pernah cepat puas,” imbuhnya.(hm//bya)