Semangat perjuangan para pahlawan dirasakan oleh seluruh civitas SMA Nasional Malang melalui acara bergengsi bertajuk “Cangkrukan Bung Tomo”. Acara yang dilaksanakan di lapangan SMANAS tersebut disiarkan langsung melalui salah satu stasiun swasta, JTV, dan diliput oleh Jawa Pos Radar Malang dan Malang Post serta Instagram @smanas_malang dan Facebook Smanas Hebat. “Saya ingin mengajak Bapak dan Ibu Guru untuk membantu mengantarkan mereka, para generasi muda, untuk bisa meraih kesuksesan dan memimpin negeri ini,” tutur Drs. Rusdi, M.Si. sebelum acara dimulai.
Dengan tetap memperhatikan protokol Covid-19, acara yang dihadiri oleh alumni berprestasi dan OSIS-MPK SMANAS berlangsung dengan khidmat. Cangkrukan Rabu (28/10) tersebut dikemas dalam balutan adat dan dimulai dengan penampilan Teater SMANAS bertema Pencak Silat. Teater yang diperankan oleh Shella, Ajun, dan Sirul serta dibina oleh Akhmad Mustafa,S.S., S.Pd. ini menceritakan tentang pencak silat sebagai perlambangan pertahanan untuk melindungi kelompok atau perorangan, khususnya bangsa Indonesia. Silat juga menjadi salah satu cara untuk mempertahankan Indonesia di mata dunia. Tak hanya itu, penampilan ini juga merepresentasikan ancaman-ancaman yang dihadapi Indonesia. Indonesia sebagai bangsa yang kuat tentu mampu menghadapi ancaman-ancaman tersebut dan berakhir mengibarkan sang Merah Putih.
Pemimpin Cangkrukan beserta rombongannya memasuki teras Cangkrukan, kemudian bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya, Garuda Pancasila yang dipandu oleh tim wayang, dan Mars SMANAS. Setelah itu, dibacakan naskah Sumpah Pemuda yang diikuti oleh seluruh peserta Cangkrukan.
Dalam sambutan pembukaannya, Kepala SMANAS mengatakan, suatu prestasi yang besar bahwa lulusan SMANAS 89,09% diterima di PTN. Beliau yakin lulusan yang datang hari ini akan sukses menjadi pimpinan. Beliau menegaskan bahwa tidak akan ada mantan siswa maupun mantan guru karena SMANAS akan tetap mengayomi siswa-siswanya meski telah lulus. “Kalian selamanya akan menjadi siswa kami,” tegas Kepala SMANAS tersebut.
Alasan Cangkrukan Bung Tomo dilaksanakan pada hari Sumpah Pemuda, dikatakan beliau karena cerita sejarah yang hebat. Beliau menceritakan bahwa mulai 1919 sudah lahir anak-anak muda yang hebat mendirikan himpunan-himpunan sejarah, seperti Jong Java, Jong Sumatera, dan lain sebagainya. Pada 1926, kongres pertama melahirkan perhimpunan pelajar Indonesia dan pada 1928 melahirkan apa yang disebut Sumpah Pemuda. Beliau menceritakan bahwa seandainya tidak ada hari Sumpah Pemuda, maka kemungkinan tidak akan ada hari kemerdekaan. “Seandainya Sumpah Pemuda itu tidak ada, maka kemerdekaan tidak akan ada pula. Lagu Indonesia Raya pertama kali dinyanyikan oleh W.R. Soepratman pada hari itu. Pada saat itu, Belanda belum mengakui kemerdekaan Indonesia, maka lagu Indonesia Raya dinyanyikan dengan akustik tanpa lirik,” cerita laki-laki kelahiran September tersebut.
Salah satu harapan yang beliau sampaikan pada pembicaraan kali ini tentang siswa SMANAS yang diharapkan kelak mampu memerdekakan Indonesia dari penjajahan, baik penjajahan dari dalam maupun dari bangsa luar. “Kalian yang harus menyelamatkan tanah Indonesia dari orang luar yang perlahan menguasai tanah milik nenek moyang kita,” ucap beliau dengan semangat membara. Tuturan beliau tentang semua hal itu direpresentasikan oleh penampilan wayang dari salah satu lulusan SMANAS, yakni Dimas Al Hafid. Pertunjukan ini berjudul Pagelaran Raja Mala.
Pagelaran Raja Mala menceritakan seseorang yang bersifat angkara murka dan ingin menguasai sebuah negara. Namun, keangkaramurkaan tersebut akhirnya dapat dikalahkan oleh si Bolowo, sang penegak keadilan. “Ini juga merupakan doa agar corona segera hilang,” terang Dimas, alumni yang sekarang menjadi mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta itu.
Acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab antara lulusan SMANAS dengan Bapak Rusdi. Para alumni antusias mengangkat tangan untuk menanyakan beragam uneg-uneg mereka. Para penanya disilakan untuk mengambil hadiah di pohon hadiah setelah menyampaikan pertanyaan. Beragam uneg-uneg disampaikan oleh para alumni.
Salah satu pertanyaan datang dari Devinda yang merupakan alumni SMANAS angkatan 2017, yakni berkaitan dengan hal apa yang membuat sekolah merasa kesal dan jengkel kepada para alumni. “Hal yang paling membuat saya merasa sangat jengkel adalah ketika kalian tidak mau mampir ke sekolah meski hanya sebentar saja. Saya hanya ingin disapa dan kalian mau berkeliling menemui bapak dan ibu guru,” jawab Bapak Rusdi tak kuasa menahan air mata. Pak Rusdi juga mengungkapkan bahwa kehadiran alumni di sekolah merupakan hal yang penting karena keberadaan mereka dapat memotivasi para siswa agar mau mengejar cita-cita dan pendidikan tinggi.
Alfega Audia Nuke, alumni yang sekarang menjadi mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menanyakan tentang boleh tidaknya alumni menggunakan fasilitas sekolah. “Sampai kapan pun, kalian adalah siswa kami. Jika terkendala kuota, laptop, silakan gunakan fasilitas sekolah,” ujar Pak Rusdi.
Pertanyaan lain disampaikan oleh Rigan Rivaskha Salsabilla yang menanyakan tentang alasan mengapa guru-guru rela menuntun siswa-siswa sampai sejauh ini. “Apa yang mendasari Bapak dan Ibu Guru mau mendampingi kami hingga kami sukses, berbeda dengan sekolah-sekolah lain?” ungkap alumni yang sekarang kuliah di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) tersebut. Bapak Rusdi menjawab, semua dilakukan untuk kesuksesan para siswa. “Jika kami, jika saya meninggal, saya berharap suatu saat nanti akan menetes pahala dari kubur saya karena telah menyukseskan kalian,” jawab beliau.
Tidak hanya dari alumni, bahkan mahasiswa KPL dari Universitas Negeri Malang (UM) juga mengutarakan pertanyaan. “Saya melihat Pak Rusdi adalah orang yang sangat visioner. Bagaimana langkah strategis yang Bapak lakukan untuk mengantarkan kesuksesan para siswa?” ujar Pak Rizqi, pengajar Matematika. Pak Rusdi menuturkan, untuk mengantar para siswa sukses, kuncinya adalah fokus. Para siswa tidak perlu ahli dalam segala bidang, tetapi cukup menekuni satu bidang bakat dan minat yang disukai. Beliau juga memberi contoh tentang kisah alumni yang bisa fokus pada satu bidang sehingga saat ini sudah berada di perguruan tinggi.
Usai prosesi tanya-jawab, Pak Rusdi menyerahkan piagam penghargaan kepada para alumni berprestasi. Dengan diiringi lagu We are The Champion, satu per satu sertifikat diserahkan langsung oleh beliau. Senyum bahagia terpancar dari wajah para alumni dengan mengangkat penghargaan tersebut.
Kesan-kesan bahagia diungkapkan oleh para alumni, salah satunya Nur Ma’rifatud Diniyah. Dia mengatakan, acara ini memunculkan nostalgia dalam diri mereka. “Acara ini membuat saya nostalgia akan masa-masa saya berjuang untuk PTN,” tutur Diniyah, alumni angkatan 2020. Selain itu, Indra Anastari yang merupakan alumni angkatan 2019 menuturkan bahwa dia bangga sekali bisa hadir di acara Cangkrukan Bung Tomo ini. “Saya merasa bersyukur bisa menjadi alumni SMANAS dan bisa bertemu dengan orang-orang hebat,” ungkap mahasiswi jurusan Administrasi Niaga di Politeknik Negeri Malang tersebut. Senada dengan Indra, Anis Safela menyampaikan bahwa acara Cangkrukan Bung Tomo dapat menjadi wadah para alumni untuk melakukan reuni. “Semoga tahun depan bisa diadakan lagi acara hebat ini dan ada acara lain yang bisa mempererat hubungan antara alumni, siswa, dan seluruh civitas SMA Nasional Malang,” harap mahasiswi Universitas Negeri Jember tersebut.
Yoga Boby, alumni SMANAS angkatan 2018, juga menorehkan kesan pesannya. “Acaranya bagus dan semoga yang hadir tidak hanya alumni yang kuliah saja, tetapi juga yang bekerja,” tegas mahasiswa jurusan S1 Teknik Industri Pertanian UB tersebut. Pendapat serupa juga disampaikan oleh Aris Faula yang mengaku bahwa dia merasa senang karena bisa bertemu dengan kakak dan adik tingkat. “Saya jadi semakin termotivasi dan semoga acaranya bisa memiliki durasi lebih lama,” tambah mahasiswa jurusan Kimia UB tersebut.
Tak hanya dari para alumni, Inna Solecha Gitanggara, S.Pd., menuturkan bahwa acara Cangkrukan Bung Tomo berlangsung dengan penuh khidmat dan anak-anak juga memiliki antusias tinggi dalam memeriahkan acara. “Semoga peserta tahun depan semakin bertambah yang artinya SMANAS juga memiliki peningkatan prestasi,” ungkap guru Bimbingan Konseling tersebut. Senada dengan Bu Inna, Shanti Dri Lestari, S.Pd. merasa bahwa acara cangkrukan sangat meriah dan memiliki unsur euforia yang sangat tinggi.
Sementara itu, Mardiah Isnianah, S.Pd. mengungkapkan makna di balik Cangkrukan Bung Tomo ini. “Momen Sumpah Pemuda adalah cikal bakal kebangsaan kita, maka tak heran jika semua berpakaian baju adat,” ungkap guru Ekonomi SMANAS tersebut. Beliau juga menambahkan bahwa pakaian adat tersebut sebagai tanda rasa cinta bangsa dan nasionalisme. “Semoga acara Cangkrukan ini bisa menginspirasi anak-anak untuk terus berprestasi ke depan,” harap Bu Iis.
Bu Cynthia Rahma Perdani, salah satu guru KPL UM pun menuturkan kesan dan harapan setelah mengikuti Cangkrukan Bung Tomo. “Saya berharap siswa-siswa jadi lebih tertarik masuk perguruan tinggi,” ujar Bu Cynthia. Selain itu, beliau mengaku terkesan dengan apresiasi sekolah yang sangat tinggi terhadap siswa dan alumni. “Interaksi siswa dan guru raket jadi terlihat lebih akrab,” ungkapnya. (rr/fbi/hm//bya)