Dalam rangka menghormati para pahlawan dan mengisi kemerdekaan, keluarga besar SMA Nasional Malang (SMANAS) menyelenggarakan upacara peringatan kemerdekaan Indonesia. Upacara tersebut diikuti oleh seluruh siswa dan guru SMANAS. Upacara yang juga diikuti oleh bapak dan ibu guru kajian praktik lapangan (KPL) tersebut dilaksanakan di lapangan Desa Klabang pada Jumat (17/8). Dalam kesempatan tersebut, Drs. Rusdi, M.Si. yang bertindak sebagai pembina upacara mengajak para peserta upacara untuk bersyukur terhadap kemerdekaan Indonesia ke-73 dan dua puluh tahun reformasi. Kepala sekolah SMANAS tersebut juga menyerukan tiga hal. Pertama, seluruh warga SMANAS harus bisa mencontoh perjuangan para pahlawan. Jiwa patriotik harus dimiliki untuk mencapai kemandirian.
Kedua, Pak Rusdi mengingatkan bahwa dalam upacara ada proses pengibaran bendera yang sakral. Bukan tanpa maksud bendera Indonesia berwarna merah dan putih. “Semua merupakan desain besar.,” tutur Pak Rusdi. Merah merupakan lambang keberanian, sementara putih merupakan lambang kesucian. Merah ada di atas dan putih ada di bawah memilik makna yang dalam. “Karena nilai-nilai bangsa harus dibangun dengan keihlasan, dan ikhlas dilambangkan dengan warna putih,” tegas kepala sekolah yang berusia 51 tersebut.
Ketiga, semangat pantang menyerah yang digambarkan dengan merahnya bendera. Ayah dari dua anak tersebut menegaskan agar siswa SMANAS semangat dan pantang menyerah. “Biarkan orang tua kita bukan siapa-siapa. Tekan dada kita, yakinlah bahwa anak-anak SMANAS bisa masuk perguruan tinggi negeri. Biarkan orang tua kalian menangis karena kesuksesan kalian,” tutur Pak Rusdi lantang. Beliau juga melarang para siswa untuk mengeluh dan menangis. Para siswa dilarang minder meskipun lahir dari kakek moyang yang hanya berbekal bambu runcing. Walaupun begitu, mereka dapat mengusir penjajah. “Allah mendengar doa kita di waktu dhuha, kalian pasti sukses. Mari jadikan momentum 17 Agustus untuk memompa semangat bahwa kita akan sukses seperti mereka,” tegas Pak Rusdi dalam sambutannya.
Selesai upacara, hadirin berfoto-foto. Acara dilanjutkan dengan penampilan hiburan dari siswa dan pengumuman juara lomba-lomba yang telah dilaksanakan selama satu minggu. Momentum 17 Agustus juga dimaknai sebagai masa untuk menyegarkan semangat oleh Bu Hafidatul Mahmuda. Bagi salah satu pengajar Bahasa Inggris tersebut, peringatan kemerdekaan merupakan masa yang tepat untuk me-refresh semangat memperbaiki diri dan berusaha menjadi lebih baik. (bya)
Share this post
Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on linkedin
Share on print
Share on email