Pukul 07.00 WIB siswa SMANAS sudah berkumpul di lapangan. Mereka berbaris rapi membentuk huruf U menghadap bendera. Beberapa siswa berbaris di pinggir barisan kelas mengenakan pakaian adat. Bapak dan ibu guru juga berpakaian adat mendampingi kelas masing-masing. Selasa (10/9) pagi itu, mereka siap mengikuti sidang Manajemen Gopek (M-Gopek).
Drs. Rusdi, M.Si., Direktur Utama M-Gopek memimpin sidang didampingi staf M-Gopek. Di awal sambutannya, beliau menjelaskan kisah sahabat setelah Perang Badar. Sahabat merasa bahwa Perang Badar merupakan perang yang besar dan telah menggugurkan banyak korban. “Namun, Rasul menjelaskan bahwa akan ada perang yang lebih besar, yaitu perang melawan hawa nafsu,” tutur Pak Rusdi. Kepala SMANAS tersebut menuturkan, acara hari itu dapat terlaksana karena keluarga SMANAS telah mampu melawan hawa nafsu sehingga mereka mau ber-shodaqoh.
Selanjutnya, Pemimpin Sidang mengintsruksikan masing-masing perwakilan kelas untuk melaporkan hasil penghitungan M-Gopek. Perwakilan kelas membacakan nominal jumlah M-Gopek. Lalu, disebutkan putusan apakah kelas tersebut memenuhi target atau tidak memenuhi target. Tidak hanya perwakilan seluruh kelas, perwakilan guru juga melaporkan hasil penghitungan M-Gopeknya. Raut bahagia dan tawa bertebaran ketika diputuskan bahwa semua memenuhi target.
Usai laporan, Pak Rusdi mengetuk palu sebagai tanda sidang telah ditutup. Setelah itu, Eka Listyaningsih, M.Pd. membacakan siswa dan guru terbaik pengumpul M-Gopek. Siswa terbaik urutan ketiga yaitu M. Thorikul Huda (XI IPA 1) dengan jumlah koin 88. Siswa terbaik kedua yaitu Luluk Saputri (XII IPA 2) dengan jumlah koin 93. siswa terbaik pertama yaitu Trio Nur Prawito (XI IPA 2) dengan jumlah koin 120. Sementara itu, guru pengumpul M-Gopek terbaik yaitu Akhmad Mustafa, S.S., S.Pd. dengan jumlah koin 200. Para siswa dan guru pengumpul gopek terbanyak dipanggil maju dan dihadiahi penghargaan.
Sidang M-Gopek berakhir, dilanjutkan dengan perpisahan mahasiswa KPL gelombang I serta menyambutan KPL gelombang II. Pak Rusdi membacakan nama-nama mahasiswa KPL, kemudian mereka berbaris di depan para siswa. Sejumlah 9 mahasiswa KPL Universitas Negeri Malang (UM) yang datang dan diterima di SMANAS. Sementara itu, ada 13 mahasiswa KPL dari UM dan 3 mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Malang dilepaskan.
Pak Faisal, ketua mahasiswa KPL UM, mengucapkan terima kasih karena telah diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman di SMANAS. Mewakili teman-temannya, mahasiswa Bahasa Inggris ini juga meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan selama di SMANAS. “Ketika masuk kelas, saya biasa membuka dengan pantun. Jadi, izinkan saya menutup episode ini dengan pantun,” tutur Pak Faisal. Beliau menyebut episode karena baginya, ini merupakan salah satu episode yang belum tamat, tapi masih to be continued. “Jalan-jalan ke Kota Medan. Ke Medan naik delman. Terima kasih atas partisipasi kalian. Semoga sukses di masa depan,” ucap Pak Faisal menutup sambutannya.
Respons positif diberikan oleh dosen pembimbing KPL UM. Dalam sambutan ketika mengantar dan menjemput mahasiswanya, Luhung Achmad Perguna, S.Sos., M.A. terkesan dengan SMANAS. Beliau membuka dengan perkataan Syeh Muhammad Abduh, “Aku melihat Islam di sini, tapi tidak melihat muslim. Sebaliknya, aku melihat banyak muslim, tapi tidak melihat Islam pada diri mereka.” Pak Luhung mengaku, di SMANAS beliau melihat nilai-nilai keislaman tumbuh dengan baik. “Di kelas-kelas ada doa penutup majelis,” tuturnya.
Dosen yang sebelumnya pernah menjadi tour guide di Solo itu juga memaknai baju yang dikenakan dewan guru. Beliau mengaku paham betul dengan makna batik. “Lurik itu memiliki makna yang lurus dan ikhlas,” terang dosen Sosiologi itu. “Tapi ada juga yang memakai motif Parangkusumo. Parang berarti bukit, kusumo berarti harum. Jadi, kalau ingin mencapai kusumo, harus melalui perjuangan,” papar beliau. Pak Luhung berharap, SMANAS dapat menjadi ladang sebagai bukit perjuangan mencapai kusumo.
Pak Rusdi menegaskan pada seluruh siswa SMANAS bahwa hari itu mereka kedatangan orang-orang sukses. Meskipun mereka ikut duduk bersama dan membaur bersama siswa, Pak Rusdi berpesan agar mereka tetap menghormati tamu tersebut. “Hormati mereka sebagai guru, tetapi hubungan sosialnya kakak-adik, ayah-anak,” tutur Pak Rusdi.
Setelah sambutan, dilakukan penyerahan sertifikat oleh Kepala SMANAS pada mahasiswa KPL. Pun sebaliknya, mahasiswa KPL memberikan cendera mata pada SMANAS. Diiringi lagu Terima Kasihku air mata berderai dari beberapa guru KPL dan siswa. Kemudian, mahasiswa KPL menampilkan persembahan lagu. Setelah itu, para siswa duduk menikmati makan yang telah disiapkan panitia. Di akhir acara, ditampilkan pula Ki Dalang Dimas dan Farhaan (XII IPS 1) untuk menghibur hadirin. Gelak tawa muncul dari para siswa, guru, dan mahasiswa KPL. Acara ditutup dengan sesi foto.
Acara hari ini mendapat respons yang beragam dari siswa. Intan Dwi mengaku termotivasi dengan adanya siswa pengumpul gopek tertinggi. “Saya jadi ingin bisa seperti itu,” kata siswi X IPS 2 itu. Hal itu didukung oleh Agnia Saqilla Putri. Agnia mengaku senang karena acaranya berbeda dari sidang-sidang M-Gopek sebelumnya. “Ada yang berbeda dari susunan acaranya, kostum bapak ibu guru, juga pembaca laporan, lebih meriah,” tutur siswi XI IPA 2 itu. Dia berharap, sidang M-Gopek selanjutnya bisa lebih meriah. “Tidak hanya acaranya, tapi siswanya juga lebih rajin sedekah M-Gopek,” ungkapnya.(bya)