SMANAS Malang kembali menggelar acara untuk memeriahkan hari sumpah pemuda. Acara yang diikuti seluruh warga SMANAS dengan mengenakan pakaian adat Indonesia ini diadakan pada Senin (28/10). Berbagai atribut mereka kenakan, menunjukkan baju adat daerah yang telah diusung.
Sekitar pukul 07.30 WIB, acara dimulai. Seluruh kelas diimbau untuk berbaris di depan sekolah. Mereka akan mengikuti pawai di daerah sekitar SMANAS. Diawali dengan kelas X IPA 1 dan diakhiri oleh kelas XII Bahasa, rombongan berjalan dari Jalan Raya S. Supriadi, berbelok ke Jalan Klayatan gang II sampai Klayatan gang III, dan kembali ke SMANAS.
Setelah pawai selesai, acara Cangkrukan Bung Tomo ini dilanjutkan dengan penyampaian gagasan oleh siswa-siswi SMANAS. Gagasan yang disampaikan meliputi tiga tema yakni, kebangsaan (Indonesia), Malang, dan lembaga. “Kita mengenal Indonesia tidak hanya 17 Agustus 1945,” ungkap Drs. Rusdi, M.Si. Menurut beliau, peristiwa-peristiwa yang ada saling berkaitan. Kepala SMANAS tersebut juga menuturkan makna Sumpah Pemuda. Bahwa peristiwa Sumpah Pemuda sangat berpengaruh terhadap peristiwa bersejarah setelahnya, khususnya peristiwa 10 November di Surabaya yang dipimpin oleh Bung Tomo.
Sesi yang pertama adalah tema Indonesia. Pada sesi pertama terdapat tiga penyampai, yaitu perwakilan XII IPA 1, XII IPS 1, dan X IPA 2. Febri dan Khusenul sebagai perwakilan XII IPA 1 menyampaikan tentang perekonomian Indonesia. “Pemerintah mengatakan jika setiap tahunnya tingkat ekonomi Indonesia meningkat. Jadi, jika tingkat perekonomian Indonesia meningkat, harusnya utang Indonesia itu rendah, karena jumlah utang dan tingkat perekonomian itu berbanding terbalik,” ungkap siswa XII IPA tersebut.
Catrin Cornelia dan Aldhi Ardhiansyah sebagai perwakilan XII IPS 1 mengungkapkan tentang peningkatan sarana dan prasarana kesehatan, pendidikan, juga infrastruktur di Indonesia. Selain itu, Catrin juga berharap agar Indonesia bebas korupsi dan narkoba. Sedangkan penyampai ketiga sekaligus terakhir pada sesi ini, Bagus dan Salsa yang merupakan perwakilan X IPA 2. Mereka menyampaikan tentang kekayaan Indonesia yang saat ini masih dikelola orang asing dan tentang melanjutkan perjuangan para pahlawan terdahulu.
Menjawab pernyataan Febri, Catrin menganggap utang Indonesia masih bertambah karena kualitas sumber daya manusia masih rendah. Sementara menurut Bagus, itu terjadi karena minat baca masih rendah. Di sela diskusi, Pak Rusdi menjelaskan bahwa Muhammad Abduh pernah mengatakan, jika ada 100 orang di masjid, maka akan ada 100 ide bahkan lebih. Sehingga, dalam Cangkrukan Bung Tomo pun demikian. Berbicara Indonesia dan gagasan, satu, dua, bahkan 24 jam tidak akan cukup.
Para penyampai disilakan mengambil amplop dari pohon yang telah disediakan panitia. Itu adalah salah satu bentuk apresiasi atas gagasan mereka. Pukul 10.11 WIB peserta Cangkrukan Bung Tomo dihibur dengan nyanyian dari Kharisma XII Bahasa. Setelah itu, dilanjutkan dengan sesi kedua, yaitu dengan tema Malangan. Perwakilan dari kelas X Bahasa mengatakan bahwa Malang memiliki banyak objek pariwisata. Dengan kemajuan teknologi, menurut mereka, seharusnya pemerintah bahkan warga Malang dapat memanfaatkan teknologi tersebut. “Salah satu caranya adalah dengan mengekspos pariwisata yang ada, agar dapat lebih terkenal dan menambah perekonomian Malang menggunakan media sosial,” ungkap Angelita.
Sementara menurut perwakilan dari XII IPA 2, Malang harus lebih mengenalkan seni dan budaya, bukan hanya mengenalkan makanan-makanan tempo dulu saja. “Beragam seni dan budaya asli Malang harus lebih diekspos,” kata Diniya. Berbeda dengan XII IPA 2, perwakilan XII IPS 2 membicarakan pendidikan di Malang yang harus lebih ditingkatkan. “Malang adalah kota pendidikan, tapi pendidikan rakyatnya masih rendah,” ujar Karin Yesika. Karin menyayangkan Malang yang lebih banyak didatangi orang luar Malang untuk kuliah, sementara orang asli Malang tidak, bahkan hanya jadi ibu kos. “Jadi menurut saya Malang harus meningkatkan pendidikannya bukan hanya meningkatkan bangunannya saja,” ucap siswi XII IPS 2 itu.
Untuk menjawab pernyataan X Bahasa, Sidqi menawarkan solusi, yaitu seluruh warga harus dilibatkan untuk mempromosikan pariwisata daerah. “Misalnya membuat karang taruna yang aktif,” ungkapnya. Sidqi berharap seluruh lapisan masyarakat dapat berpartisipasi aktif, tidak hanya menyalahkan pemerintah.
Perwakilan tiga kelas yang telah menyampaikan gagasan Malang disilakan mengambil hadiah. Pak Rusdi berharap, gagasan-gagasan bagus yang dimiliki siswa dapat ditulis dan dikumpulkan sehingga tim Media Center SMANAS dapat mempublikasikan gagasan tersebut di media dan dapat ditindaklanjuti.
Lalu, dilanjutkan dengan sesi 3, yaitu gagasan tema lembaga, SMA Nasional Malang. Ada lebih banyak perwakilan kelas yang maju untuk menyampaikan gagasannya. Gagasan pertama disampaikan oleh Feri Setiawan. Siswa XII IPA 1 itu mengeluhkan ketertiban di SMANAS. Selain itu, dia menjelaskan bahwa prestasi SMANAS sudah semakin maju, tapi belum ada olimpiade yang lolos tingkat nasional. “Saya usul untuk membentuk tim olimpiade nasional,” ungkapnya.
Gagasan kedua disampaikan oleh Danda Wahyu. Danda mengeluhkan air galon yang kurang sehingga sering kelasnya berebut galon dengan kelas atlet. Selain itu, siswa XII Bahasa tersebut juga berharap agar fasilitas wifi sekolah dapat ditingkatkan. Danda juga meminta agar nanti ketika dia wisuda, gordonnya boleh diambil dan dibawa pulang. “Semoga SMANAS makin maju dan yang kelas XII lulus semua,” tutup Danda dalam penyampaian gagasannya.
Penyampai ketiga yaitu dari XI IPS 2. Dengan diwakili Lailatul Nur Azizah dan Prayoga Anjar, mereka meminta agar kemah character building yang sempat gagal, agar dilaksanakan. Usul ini seketika dijawab Pak Rusdi. “Insyaallah akan dilakukan sebelum kalian yang kelas XII purna,” ungkap beliau. Berikutnya, gagasan disampaikan oleh Kribianto. Siswa XII IPS 2 itu mengkritik persediaan air di kamar mandi, khususnya kamar mandi bawah. Kris mengeluhkan susahnya ketika hendak salat.
Gagasan kelima disampaikan oleh perwakilan X IPA 1. Diwakili oleh Amelia Putri, mereka mengusulkan agar program literasi ditingkat. “Agar perpus juga tidak sepi,” tutur Amelia. Selain itu, mereka juga meminta pengadaan gorden untuk kelas.
Gagasan keenam disampaikan oleh Susilowati. Siswa XI PA 1 tersebut menjawab pernyataan Feri, bahwa kelas atlet bisa berprestasi karena mereka fokus, sementara anak olimpiade fokusnya masih terpecah dengan mapel lain. Selain itu, Susi mengimbau pada seluruh siswa untuk bersama menjaga kebersihan kamar mandi. “Setelah menggunakan, ya disiram, dibersihkan, agar semua nyaman dan tetap bersih,” terang Susi.
Gagasan ketujuh disampaikan oleh Aryo, perwakilan X IPA 2. Aryo menyoroti fasilitas sekolah, khususnya untuk lomba keolahragaan. Dia juga berharap agar dibuatkan lapangan indoor. Selain itu, Aryo menyusulkan peningkatan penghijauan dan peningkatan fasilitas untuk praktik IPA.
Gagasan kedelapan disampaikan oleh Rigan Rivaskha. Siswa XII IPS 3 itu menyoroti lahan parkir yang masih kurang, apalagi ketika ada acara seperti pembagian rapor pada wali murid. “Mungkin bisa dibuat parkir bertingkat,” ujar atlet futsal ini. Gagasan berikutnya disampaikan oleh Devasya yang juga kelas XII IPS 3. Devas berharap agar kantin diperbesar dan tempat duduknya ditambah sehingga siswa lebih nyaman saat makan di kantin.
Gagasan kesepuluh disampaikan oleh Maria Margaretha. Siswa XII IPA 2 itu mengeluhkan biaya lomba yang kurang dibantu sekolah, khususnya riasan untuk lomba tari. Gagasan berikutnya disampaikan oleh siswa XI Bahasa, Robi dan Vina. Mereka membicarakan masalah peningkatan prestasi di SMANAS baik akademik maupun nonakademik. “Sebaiknya di SMANAS diadakan pertukaran pelajar dan lebih memperkenalkan estrakulikuler agar lebih berkembang dan juga menambahkan lagi satu eskul yaitu, banjari agar saat acara maulud nabi ataupun lainnya SMANAS dapat menggemakan salawat Nabi,” tutur siswa perwakilan dari IX Bahasa itu. Sementara itu, Vina berharap disediakan bus atau transportasi sekolah sehingga yang sering terlambat karena angkutan umum atau sulit kendaraan, dapat teratasi.
Gagasan terakhir disampaikan oleh Aldhi Ardhiansyah. Aldhi mengusulkan penambahan kegiatan kebudayaan. “Sehingga kita bisa jadi pemuda yang berbudaya,” tutur siswa XII IPS 1 itu. Selain itu, Aldhi juga mengeluhkan kebersihan kamar mandi atas yang berada di samping kelasnya.
Gagasan-gagasan tersebut ditanggapi oleh Pak Rusdi. Berikut beberapa tanggapan beliau.
- Kelas khusus yang fokus pada bidang yang disukai siswa sudah direncakan. Insyaallah akan ditindaklanjuti sehingga tahun depan dapat direalisasikan.
- Sarana dan prasarana anak-anak volu yang sudah ada itu berasal dari iuran mereka. Kadang juga ketika menang lomba, uangnya digunakan untuk membeli bola atau kostum. Silakan ekstrakurikuler olahraga yang lain mengikuti.
- Pembiayaan lomba selama ini yaitu 50 : 50. Separuh ditanggung sekolah, separuh lagi ditanggung peserta lomba. Tidak adil jika ada lomba yang diberi bantuan penuh sementara lomba lain separuh.
- Parkir bertingkat sudah pernah dibicarakan dengan ketua yayasan. Lahan parkir depan direncanakan dibangun bertingkat, namun menggunakan besi, bukan cor.
- Lapangan indoor dapat direalisasikan. Jika siswa mau, akan dtawarkan pada orang tua dan biayanya ditanggung bersama 50 :50.
- Tentang air galon yang kurang, maka sekolah akan menambah jumlah galon.
- Transportasi sekolah sudah terpikirkan dan sudah pernah dibahas. “Ide kalian hari ini menguatkan kami, maka Insyaallah akan direalisasikan,” tutur Pak Rusdi.
- Tentang ekstrakurikuler banjari, sekolah dapat mengabulkan pembentukannya jika memang banyak peminatnya.
Acara ini ditutup dengan pengumuman kostum terbaik yang dimenangkan oleh XII IPS 2 sebagai juara II, XII IPA 2 sebagai juara II, dan X IPA 1 sebagai juara I. Masing-masing pemenang mendapatkan hadiah berupa angpau yang telah disediakan panitia.(na/fbi/bya)
Berita Terkait
Ratusan Siwa SMA Nasional Malang Sampaikan Gagasan dalam Cangkrukan Bung Tomo