Tim dosen Sosiologi Universitas Negeri Malang (UM) mengunjungi SMA Nasional Malang (SMANAS). Tim yang diketuai oleh Prawinda Putri Anzari, S.I.Kom., M.Si. tersebut sedang melakukan program pengabdian masyarakat dosen UM. Bu Winda ditemani oleh dua anggotanya, Desy Santi Rozakiyah, M.Pd. dan Seli Septiana Pratiwi, M.Pd. Mereka memberikan sosialisasi terkait pencegahan cyber bullying dan etika bermedia sosial bagi remaja kepada 20 anggota pengurus OSIS SMANAS.
Dalam kegiatan yang dilakukan pada Sabtu (18/7) di aula SMANAS tersebut, Bu Desy menjelaskan tentang cyber bullying kepada para peserta. Beliau menjelaskan pengertian cyber bullying, bentuk-bentuknya, dampaknya, dan cara pencegahannya. Menurut Bu Desy, bentuk cyber bullying yang paling sering dilakukan para remaja adalah bentuk screenshoot/ screen capture (tangkapan layar) status atau foto teman, kemudian disebarluaskan tanda izin yang bersangkutan. “Ini berbahaya karena kalian bisa saja melanggar undang-undang ITE,” kata Bu Desy.
Bu Desy juga menjelaskan, hal-hal apa yang harus dilakukan jika terjadi bullying di sekitar, khususnya tindakan-tindakan pencegahan yang dapat dilakukan remaja. “Adik-adik pengurus OSIS jangan merasa paling punya power karena adik-adik kelas kalian masih butuh bimbingan,” ujar Bu Desy di sela-sela materi. Selain itu, Bu Desy juga menegaskan bahwa jika ada siswa yang menjadi korban, jangan takut untuk berbicara.
Selain Bu Desy, Bu Winda memberikan sosialiasi tentang literasi digital kepada para pengurus OSIS yang hadir. Menurut salah satu dosen Pendidikan Sosiologi UM tersebut, literasi digital dimaksudkan agar masyarakat, khususnya remaja memiliki kemampuan menggunakan digital yang aman dan bertanggung jawab. Bu Winda mengajarkan pada peserta sosialisasi untuk memahami delapan komponen literasi digital, terutama berpikir kritis. “Sebelum mengunggah sesuatu ke internet, pikirkanlah!” ungkap Bu Winda.
“Karena kita tidak bisa mengontrol perasaan orang lain, ya,” tutur Bu Winda. Sebab, menurutnya, bisa jadi kita bercanda, tetapi orang lain tidak bisa menerima dengan biasa. “Jadi, yang bisa kita kontrol adalah jempol kita, ayo tulis komentar yang positif-positif saja,” terang beliau.
Selain memberikan materi terkait cyber bullying dan literasi digital, Bu Desy dan Bu Winda juga membagikan pengalaman-pengalaman pribadi terkait tema materi yang dibahas. Kemudian, Bu Winda berharap, para pengurus OSIS SMANAS yang hadir dapat bercerita atau menginformasikan hasil materi kepada teman-teman yang tidak hadir. Beliau ingin, para peserta bisa menjadi agen edukasi literasi digital SMA Nasional Malang untuk teman-teman yang lain. “Semoga kalian bisa lebih berhati-hati jika akan menulis komentar di akun teman,” tambahnya.
Usai menerima materi, Shella Ferbrianti, salah satu pengurus OSIS SMANAS mengaku mendapat banyak pengetahuan. Siswa kelas XI IPS itu merasa dapat instrospeksi diri. “Saya jadi sadar, ternyata selama ini saya pernah menjadi korban bahkan pelaku bullying,” tutur Shella. Dia menegaskan, setelah mendapat materi, dia akan lebih berhati-hati dalam bertindak dan berkata-kata, khususnya di media sosial.
Di sisi lain, Pak Gilang Agung P. mengatakan bahwa kegiatan ini bagus. Menurut pengajar Sosiologi SMANAS tersebut, dengan sosialisasi ini, siswa dapat lebih menjaga sikap dan interaksi pada sesama teman, terlebih sopan santun ketika bermedia. “Materi ini bisa diterapkan di jajaran pengurus OSIS dan OSIS yang harus menularkan kepada teman-temannya,” terang pembina OSIS SMANAS tersebut. “Nah, materi ini juga bisa di-follow up saat character building,” tambahnya. (bya)
This Post Has 2 Comments
Melatinur Cahayati
18 Jul 2020Melatinur Cahayati
18 Jul 2020