Oleh Binti Muroyyanatul `A.
Tradisi yang kental dilakukan ketika Idul Fitri adalah silaturrahmi ke sanak saudara, tetangga, teman, bahkan kiai dan guru. Hal ini dilakukan salah satunya untuk menyempurnakan ibadah puasa Ramadan. Ketika Ramadan, umat Islam yang beriman berlomba-lomba melakukan kebaikan, berpuasa sebulan penuh, berperang melawan hawa nafsu diiringi ibadah-ibadah sunnah yang lain. Selama Ramadan, urusan tiap muslim berfokus penuh pada hablumminallah, yaitu urusan hamda dengan Tuhannya. Hal tersebut dilanjutkan dengan zakat yang merupakan sarana penyucian. Setelah berperang, umat muslim dapat mencapai kemenangan dalam Idul Fitri. Saat itulah muslim yang sukses dalam menjalani Ramadan diibaratkan seperti bayi yang baru lahir dan suci dari dosa.
Untuk mencapai kemenangan yang sempurna itulah, para muslim saling berjabat tangan, mendoakan dan memohon maaf kepada sesama manusia. Saat inilah hablumminannas terjadi. Setelah sebulan penuh muslim menuntaskan urusan dengan Allah, maka saatnya mereka juga menuntaskan urusan dengan sesama manusia. Biasanya, orang yang lebih muda datang pada yang lebih tua. Biasanya pula yang diutamakan adalah saudara dekat. Dekat di sini dapat berarti dekat secara hubungan darah atau dekat secara jarak. Hal yang sering dilakukan pula dalam masyarakat yaitu sowan kepada orang yang sangat dihormati, seperti kiai, guru, atasan, dan lain sebagainya.
Hal itu pula yang juga saya lakukan. Sebagai salah satu guru di SMANAS, saya masih haus silaturrahmi khususnya pada senior dan guru-guru saya. Ungkapan “tidak ada mantan guru dan tidak ada mantan siswa” memang benar. Ungkapan “tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat” juga benar. Ada begitu banyak manfaat yang dapat diambil dari silaturrahmi kepada guru. Pertama, kita datang untuk saling mendoakan dan memaafkan atas kesalahan yang sudah berlalu. Kedua, kita dapat menjabat serta mencium tangan beliau. Di sinilah salah satu jalan sukses yang dapat kita tempuh. Menjabat dan mencium tangan orang tua menunjukkan kepatuhan dan rasa hormat kita. Hal ini dapat mendatangkan keridaan Allah. Ketiga, kita dapat memohon barokah doa secara langsung dari guru. Alangkah baiknya saat silaturrahmi, kita tidak hanya mengobrol ke sana ke mari dan menikmati hidangan, tetapi juga meminta barokah doa untuk kebaikan bersama.
Baca Juga
Cium Tangan Guru: Sebuah Kebutuhan
Keempat, kita dapat bertukar informasi dan saling memberi motivasi. Dari guru saya, saya selalu mendapat hal baru, wawasan baru, dan kebaikan baru. Sebagai orang yang mengikuti jejak beliau, saya selalu banyak belajar bagaimana mengatur kelas, menghadapi siswa serta orang tua, dan lain sebagainya. Tentu motivasi ini sebenarnya berlaku umum, tidak hanya untuk guru. Kemudian, saya juga mengetahui bagaimana kisah-kisah alumni lain yang datang dengan beragam cerita unik di tempat kerjanya. Ada alumni yang bekerja sebagai perawat, kemudian ia harus perang batin ketika sang dokter menyuruhnya menyuntikkan air pada pasien BPJS. Ada pula alumni yang bekerja di sebuah perusahaan, kemudian ia tidak pernah naik pangkat selama bertahun-tahun karena ia melanggar peraturan. Peraturan yang ia langgar yaitu melaksanakan salat Jumat.
Beragam kisah itu dapat membuka pikiran kita. Kisah tersebut turut memberikan pelajaran bagi kita, bahwa berkerja di mana pun pasti ada tantangan masing-masing, tinggal bagaimana kita menghadapi tantangan itu. Bahwa kita tidak perlu berharap naik pangkat dari manusia karena yang dapat menaikkan pangkat sejatinya adalah Yang Mahakuasa. Bahwa hidup sawang-sinawang mengajarkan kita untuk selalu bersyukur. Bahwa betapapun berat sesuatu, jika kita ikhlas pasti akan terasa ringan dan betapa ringan sesuatu, jika kita tidak ikhlas, maka akan terasa berat.
Tentu saja, manfaat-manfaat tersebut sebenarnya tidak hanya dapat diperoleh ketika silaturrahmi ke guru, tapi juga sanak saudara, tetangga, dan siapa saja. Islam memang selalu indah. Sunnah yang dianjurkan selalu memiliki nilai istimewa tersendiri yang memberi kesan indah. Kebermanfaatannya tak pernah luput dari kehidupan manusia. Kisah-kisah ini hanya menunjukkan sepotong hikmah yang dapat diperoleh dari silaturrahmi. Bagaimana dengan hikmah lain? Saya sangat yakin kalian sudah mendapatkannya bahkan lebih indah. Mari berbagi kisah, mari meraih barokah.