“Terima kasih kepada mahasiswa KPL (Kajian Praktik Lapangan, red) karena kedatangan Panjenengan sudah menjadi motivasi bagi anak-anak kami,” tutur Drs. Rusdi, M.Si. Beliau mengucapkan terima kasih dalam pelepasan KPL Universitas Negeri Malang (UM) gelombang I dan penerimaan KPL UM gelombang II pada Senin (21/9). Kehadiran mahasiswa KPL UM mampu membangkitkan semangat para siswa untuk bisa menjadi seperti mereka, yaitu kuliah di perguruan tinggi. Selain itu, Pak Rusdi juga memberikan pesan-pesan kepada para mahasiswa KPL. “Mengutip kata Ali bin Abi Thalib, mencari ilmu itu sama dengan perjalanan menuju surga,” tutur Pak Rusdi. Menurut beliau, keberadaan mahasiswa KPL dan pengabdian selama berada di SMANAS turut membantu siswa membangun surganya. “Guru bukan di sini, tetapi di sini,” terang Pak Rusdi sambil menunjuk kepala, kemudian menunjuk dada. Guru itu bukan hanya apa yang ada di kepala, tetapi di dada dan harus dengan hati.
Dalam acara yang dilaksanakan di aula SMANAS tersebut, Pak Rusdi berpesan agar para mahasiswa menjadikan guru sebagai pedoman hidup. “Jadi guru itu pilihan terbaik. InsyaAllah bisa bahagia dunia-akhirat,” pesan Pak Rusdi. “SMANAS merupakan pijakan pertama, tetapi bukan yang terakhir. Jika butuh apa-apa, silakan datang ke sini,” ujar Kepala SMANAS tersebut. Pak Rusdi juga berpesan agar kekurangan yang ditemukan mahasiswa KPL di SMANAS dapat dijadikan evaluasi dan bekal untuk mereka nanti.
Dr. Murni Sapta Sari, M.Si., dosen pembimbing mahasiswa KPL menuturkan, kondisi pandemi menjadi tantangan tersendiri bagi pendidikan saat ini. “Kalian generasi milenial, jadi harus bisa menghadapi tantangan. Proses pembelajaran harus disesuaikan dengan karakter siswa,” ungkap dosen Biologi tersebut. Bu Murni juga mengucapkan terima kasih kepada Drs. Rusdi, M.Si., Ismiatul Fadillah, S.Pd., dan bapak serta ibu guru pamong. “Mohon maaf dan terima kasih karena sudah direpoti anak-anak,” tutur beliau.
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pembagian sertifikat kepada seluruh mahasiswa KPL gelombang I. Dengan penuh rasa bangga, Pak Rusdi menyampaikan bahwa sertifikat tersebut merupakan buah tangan yang dapat SMANAS berikan dan nantinya berguna untuk menjadi salah satu pendukung ketika melamar pekerjaan. “Dalam sertifikat tersebut, kami tidak menulis sebagai mahasiswa KPL, namun kami tulis sebagai bentuk pengabdian kepada SMA Nasional Malang,” ungkap Pak Rusdi.
Masih dalam suasana penuh khidmat dan semangat membara dari seluruh mahasiswa KPL gelombang I dan II, Ibu Zahrotus Zuqna Eza Pramistia sebagai perwakilan dari Bapak Ibu KPL gelombang I menyampaikan ungkapan rasa terima kasih serta kesan pesan selama belajar dan mengajar di SMANAS. “Terima kasih kepada Bapak Rusdi dan Bapak Ibu guru karena telah menerima kami dengan sangat luar biasa,” ucap salah satu mahasiswa jurusan Pendidikan Fisika tersebut. Beliau juga menuturkan bahwa seluruh mahasiswa KPL gelombang I tidak hanya mendapatkan ilmu di SMANAS, tapi juga mendapatkan keluarga. “Semoga ilmunya bermanfaat dan dapat memotivasi seluruh adik-adik di SMA Nasional Malang,” harap Bu Zahrotus. Tidak lupa beliau juga memberikan suntikan semangat kepada mahasiswa KPL gelombang II untuk menjadi lebih luar biasa dalam mengajar di SMANAS. Sambutan ini ditutup dengan penyerahan vandel sebagai bentuk rasa terima kasih sekaligus kenang-kenangan dari mahasiswa KPL gelombang I kepada SMA Nasional Malang.
Intan Dwi Sindiani, salah satu siswa SMANAS yang merasakan dibimbing oleh mahasiswa KPL. “Mempunyai kesempatan untuk belajar dengan bapak ibu guru KPL adalah suatu hal yang menyenangkan karena mendapat banyak ilmu selain dari bapak ibu guru di sekolah,” ungkap siswa kelas XI IPS 2 tersebut. Berbeda dengan Intan, Alifariza Qurrota ‘Ayun Ananta menuturkan perbedaan yang dia rasakan ketika dibimbing oleh KPL di masa pandemi ini. “Jelas sangat berbeda ketika dibimbing bapak ibu guru KPL secara daring seperti saat ini dibandingkan dengan sistem luring atau tatap muka seperti dulu sebelum pandemi,” tegas siswa kelas Soshum B tersebut. Dia menuturkan bahwa melalui pembelajaran daring, semakin sulit untuk bertanya secara detail karena adanya keterbatasan komunikasi sehingga harus berjuang lebih keras untuk memahami materi yang diberikan. “Selain itu, perbedaan mendasar dibimbing oleh guru KPL yang sekarang dan dulu sebelum pandemi adalah dari sisi kedekatan. Karena terbatas waktunya untuk tatap muka, jadi saya kurang mengenal dengan baik bapak ibu guru KPL,” tambah Alifariza.
Dampak pandemi yang dirasakan oleh Alifariza juga dirasakan langsung oleh Bapak Harist Permana Sandy. Beliau menyampaikan bahwa sempat merasa kesulitan untuk menyesuaikan pembelajaran dan mengubah materi ajar karena jadwal yang selalu berubah setiap minggu. “Tetapi seorang guru harus pintar improve dan beradaptasi dengan keadaan apa pun,” tegas salah satu mahasiswa jurusan Pendidikan Fisika tersebut. Selain itu, ketua mahasiswa KPL gelombang I ini tetap bersyukur dapat menimba ilmu di SMANAS. “Kekeluargaan di sini sangat kental, guru pamongnya sangat mengayomi, dan memberikan arahan sedetail mungkin,” ungkap Pak Harist.
Senada dengan Pak Harist, Ibu Miladia Wahyu Kurniawati juga menyatakan rasa senangnya telah belajar banyak dari SMANAS. “Gurunya ramah-ramah dan saya sangat bersyukur bisa mendapatkan kesempatan dan pengalaman untuk mengajar secara tatap muka di SMANAS,” tutur mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris tersebut. Bu Mila juga berharap SMANAS bisa terus berprestasi, dan seluruh siswa SMANAS bisa lebih semangat dan rajin dalam belajar. “Untuk teman-teman KPL gelombang I, semoga semua ilmu yang diperoleh bisa berguna untuk ke depan,” ungkap Bu Mila penuh harap.
Di sisi lain, Ibu Anggie Hanidar Aziza mengaku telah bersiap untuk menjadi seorang guru di SMANAS. Beliau mengatakan bahwa persiapan KPL ini adalah persiapan secara psikologis. “Ini adalah benar-benar pengalaman yang pertama bagi saya untuk menjadi seorang guru. Ada perasaan takut juga karena ilmunya masih dangkal,” tutur mahasiswa KPL jurusan Pendidikan Matematika tersebut. Bu Anggie berharap, SMANAS dapat menjadi wadah untuk beliau berlatih menerapkan ilmu sebagai seorang guru profesional.
Tidak hanya itu, salah satu guru pamong SMANAS turut menyampaikan kesan pesan khususnya terhadap pelaksanaan KPL di masa pandemi ini. Novia Dewi Rahmawati, S.Si. menyatakan bahwa cukup disayangkan karena mahasiswa KPL yang sudah mempersiapkan rancangan pembelajarannya dengan sangat bagus tidak dapat terealisasi dengan baik karena adanya keterbatasan waktu untuk tatap muka. “Bahkan ketika saat daring, siswa juga memiliki kendala kuota dan juga kurangnya interaksi antara guru dan siswa sehingga pembelajaran berjalan kurang maksimal,” ungkap guru Biologi tersebut. Akan tetapi, beliau menegaskan bahwa pembelajaran daring bukanlah suatu hambatan, melainkan hal tersebut adalah sebuah tantangan dan dapat dijadikan wadah untuk berlatih mengajar dan memiliki strategi jitu dalam merangkul dan menarik perhatian siswa. “Saya ingin mahasiswa KPL bisa tetap aktif berkarya meski dalam pembelajaran daring dan dapat mengembangkan media yang kreatif dan interaktif sehingga menciptakan pembelajaran daring yang menarik,” tutur Bu Novi penuh harap. (bya/hm)