oleh Binti Muroyyanatul ‘A.
“Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira, hore, hore, hore, hatiku gembira..”
Demikian potongan lagu yang dipopulerkan oleh Tasya Kamila, penyanyi cilik sekitar 2000-an. Selama beberapa tahun, lagu tersebut selalu eksis saat masa libur sekolah tiba. Hampir semua stasiun televisi memberikan suguhan khusus, tayangan bagi anak-anak. Beragam film kartun dan acara edukatif sengaja diprogram untuk anak sekolahan yang sedang menikmati masa liburan. Anak-anak cukup bahagia menikmati acara televisi. Kadang mereka berkumpul di rumah salah seorang anak, kemudian sepanjang hari menikmati layar televisi.
Selain bahagia dengan acara televisi khusus anak selama liburan, sering kali anak-anak bahagia karena bermain bersama. Ini sangat sering terjadi di pedesaan. Anak-anak berkumpul di lahan atau halaman yang cukup luas, lalu memainkan beragam permainan tradisional, seperti kasti, engklek, cirak, enthek, gobak sodor, ular tangga, petak umpet, lompat tali, dan sebagainya. Tidak hanya itu, tak jarang pula anak yang selama liburan membantu orang tuanya dalam usaha. Ada pula yang menghabiskan masa libur di rumah kakek, nenek, atau saudara. Saat masuk sekolah, biasanya guru menugasi anak-anak untuk menceritakan pengalaman selama liburan sehingga populer judul karangan “Liburan ke Rumah Nenek”.
Anak-anak zaman dahulu selalu bisa membuat liburan berwarna. Mereka tidak mengeluh kenapa liburan tidak berkunjung ke tempat wisata. Mereka tidak mengeluh karena liburan hanya di rumah saja. Mereka bisa membuat liburan di rumah saja tetap bahagia.
Anak-anak zaman sekarang mestinya bisa berpikir cerdas dan luas. Liburan tak selalu tentang bermain ke tempat wisata. Mereka harusnya menyadari, liburan di rumah juga bisa membuat mereka bahagia. Liburan sejatinya merupakan masa mereka libur dari kegiatan sekolah. Jika anak-anak sadar, sebenarnya ada banyak pilihan yang tersedia. Mereka bisa tetap mengasah bakat dan kemampuan, misalnya bidang seni, olahraga, sastra, dan lain sebagainya. Kadang hobi-hobi positif dapat tersalurkan secara maksimal saat liburan karena anak-anak tidak sibuk dengan tugas atau pekerjaan rumah.
Banyak hal dapat difokusi anak-anak selama liburan. Namun, jika ingin mengandalkan acara televisi, efeknya tidak sebagus dahulu. Acara-acara televisi sekarang minus edukasi, terlalu banyak menampilkan contoh-contoh remaja galau soal cinta. Sementara itu, permainan-permainan tradisional yang dapat melatih kekompakan dan meningkatkan kebersamaan, saat ini sudah ditinggalkan. Sekarang jarang ditemui anak-anak bermain permainan tradisional dan terlihat seru di halaman rumah. Anak-anak lebih banyak berkumpul dengan memegang gawai masing-masing. Tak ada obrolan di antara mereka, yang ada adalah kalimat-kalimat yg dilontarkan untuk yang muncul di layar gawai.
Ketika orang tua tidak mampu mengajak pergi ke tempat wisata, harusnya anak-anak tetap bahagia. Masa libur yang hanya dihabiskan di rumah bahkan dengan setumpuk pekerjaan untuk membantu orang tua, perlu disyukuri. Hal tersebut dapat dimaknai sebagai waktu yang maksimal untuk berbakti pada orang tua. Saat liburan, anak-anak tidak ada tugas sekolah sehingga dapat lebih banyak meluangkan waktu untuk membantu orang tua. Orang tua sudah merawat anak sejak masih dalam kandungan hingga lahir dan besar. Jadi, anak harusnya bersyukur selama liburan sekolah, mereka dapat meningkatkan rasa bakti pada orang tua.
Apa pun kegiatan yang dilakukan selama liburan sekolah, yang paling penting adalah harus bermanfaat. Anak-anak tidak perlu mengeluh sana sini bahwa liburan hanya di rumah. Anak-anak harus berpikir sedikit lebih luas agar memahami bahwa ada begitu banyak hal yang dapat difokusi dan dilakukan selama liburan. Lagi pula, segala sesuatu itu bergantung pada sudut pandang dan cara pandang dalam menyikapi sesuatu. Selamat menikmati liburan dan pastikan masa libur sekolah tidak sia-sia. Anggaplah libur datang hanya sekali, maka pastikan liburanmu berarti!