SUKUN – SMA Nasional Kota Malang adalah salah satu sekolah yang masih bisa mempertahankan eksistensinya dari jumlah siswa juga prestasi. Padahal sekolah ini sempat kolaps karena jumlah siswanya minim. Pada 2012-2013, sekolah ini hanya memiliki 12 siswa dari jenjang kelas 10 sampai 12.
“Ketika periode itu saya diangkat jadi kepala sekolah, saya rubah mindset. Dari yang saling menyalahkan misalkan regulasi pemerintah jadi koreksi diri,” jelas Rusdi ketika ditemui di sekolahnya, Selasa (10/10/2017). Ia berusaha bangkit dalam persaingan ketat sekolah di Kota Malang. Sehingga daya juang dilebihkan. Termasuk membuat pembeda hanya menerima calon siswa SMP peringkat 1 sampai 10. “Saya ke yayasan dan minta diberi otoritas,” papar pria asal Kecamatan Dasuk, Kabupaten Sumenep ini. Salah satu pengurus yayasan sempat ragu dengan rencana itu. Sebab dengan kondisi saat itu saja sulit menjaring siswa. Apalagi jika ada aturan khusus. “Bagaimana jika tidak laku?” tanya seorang pengurus. SPP juga naik jadi Rp 200 ribu dan sumbangan pendidikan Rp 2 juta/siswa baru. Kondisi sekolah digambarkan saat itu kolaps karena yayasan menyubsidi Rp 10 juta per bulan. Sedang pengeluaran Rp 11 juta per bulan yang artinya masih defisit Rp 1 juta per bulan. Langkahnya kemudian memasang banner di depan sekolah untuk menjaring calon siswa baru dengan tulisan “Maaf, Kami Hanya Menerima Rangking 1-10”.
Terobosan itu sempat mendapat tentangan dari guru-guru pengajar. “Saya memahami mereka (guru-guru) gelisah. Terutama guru-guru yang sudah dapat sertifikasi karena khawatir tidak dapat siswa sehingga kurang jam mengajarnya,” papar alumnus S1 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini. Namun sebagai pimpinan, ia harus mengambil kebijakan agar sekolahnya bisa eksis. Menurut ayah dua anak ini, ketika guru sanksi, ia malah semangat menjalankan rencana kerjanya.
Alumnus S2 Sosiologi Universitas Muhammadyah Malang ( UMM) turun ke SMP-SMP negeri dan swasta untuk sosialisasi. “Sampai saya ke satu sekolah tidak diberi kesempatan. Saya sampai ngemis. Untung saat itu ada guru takziah. Sehingga diberi waktu menjelaskan ke siswa,” paparnya. Untuk mengimbangi input siswa, maka tenaga pendidiknya juga disesuainya. Dengan cara mencari IP tinggi. Jika dari PTN dipatok IP 3,5. Sedang dari PTS dipatok 3,64.
Baru-baru ini, Rusdi mendapat penghargaan dari Menristekdikti sebagai SMA terbaik se Indonesia kategori program dan pembinaan terbaik.
Karena keberhasilannya, kerap ada kepala sekolah lain datang untuk sharing mengingat di Kota Malang juga masih ada sekolah yang sulit mendapat siswa.
Sumber: http://lppks.kemdikbud.go.id/id/kabar/kisah-kepala-sekolah-rusdi-mengubah-sekolah-kolaps-menjadi-sekolah-berprestasi-di-kota-malang